Begini Cara Antisipasi Kondisi Tanah di Jalur Kereta Cepat

Begini Cara Antisipasi Kondisi Tanah di Jalur Kereta Cepat

Hans Henricus BS Aron - detikFinance
Kamis, 29 Des 2016 15:35 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) segera mengantisipasi pasca bergesernya pilar Jembatan Cisomang, di Kabupaten Purwakarta, sejauh 57 cm. Ini perlu dilakukan karena jalur kereta cepat yang melewati Kabupaten Purwakarta berjarak 3 km dengan Jembatan Cisomang.

"Kita ada yang namanya tim engineering review, Dirut kami Pak Hanggoro (Dirut KCIC, Hanggoro Budi Wiryawan) memerintahkan kepala tim teknisnya untuk melakukan kajian-kajian yang lebih komprehensif. Intinya untuk keamanan," ujar Corporate Communication PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Febrianto Arif Wibowo, kepada detikFinance, Kamis (29/12/2016).

Selain itu, akan dilakukan soil investigation (penyelidikan tanah) sebagai salah satu langkah antisipasi. Penyelidikan tanah dilakukan sebelum masuk proses konstruksi. Saat ini, dari total 142 km lahan yang dibutuhkan untuk jalur kereta cepat, sepanjang 117 km lahan sudah dibebaskan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nantinya, proses penyelidikan tanah dilakukan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), yang merupakan salah satu anggota konsorsium proyek kereta cepat. Hasil penyelidikan tanah akan menentukan metode konstruksi seperti apa yang bisa dilakukan di atas tanah tersebut.

"Setelah didapat hasil soil investigation itu kita menentukan metode kerja seperti apa yang akan digunakan, lalu bentuk konstruksinya seperti apa. Makanya, soil investigation ini harus hati-hati dan komprehensif," terang Febrianto.

Febrianto menambahkan, KCIC juga mengantisipasi dengan membuat desain kereta cepat yang mampu menghindari dampak negatif dari kondisi tanah. Dalam penentuan desain kereta cepat berdasarkan kondisi tanah, KCIC menggandeng LAPI ITB

Kerja sama ini dalam proses studi kelayakan, antara lain mengecek jenis tanah, kelayakan tanah, detail seismik termasuk kegempaan, pola-pola pergerakan tanah, serta pola-pola patahan yang paling rawan.

"Desain trase kita sudah menghindari pola-pola patahan yang ada di situ. Hasil kajian itu (kereta cepat) layak untuk dikerjakan, namun untuk konstruksinya seperti apa tergantung pada soil investigation," tutur Febrianto. (hns/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads