Ini Jurus Kementan Agar RI Bisa Swasembada Beras

Ini Jurus Kementan Agar RI Bisa Swasembada Beras

Muhammad Idris - detikFinance
Jumat, 30 Des 2016 14:15 WIB
Ini Jurus Kementan Agar RI Bisa Swasembada Beras
Foto: rengga sancaya
Jakarta - Berbagai cara ditempuh Kementerian Pertanian (Kementan) agar swasembada beras bisa dicapai. Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementan, Gardjita Budi, mengatakan selain upaya peningkatan produksi padi, swasembada beras juga dilakukan dengan menggenjot upaya diversifikasi pangan dengan mengganti beras dengan bahan pangan lainnya.

"Upaya yang tidak mudah yakni diversifikasi pangan. Maksudnya kita kurangi ketergantungan pada beras, walau produksinya (beras) naik tapi kita juga berupaya turunkan konsumsi beras per kapita. Jadi beban beras tidak terlalu besar sebagai karbohidrat," ujar Gardjita di kantor Kementan, Jakarta, Jumat (30/12/2016).

Menurutnya, selain mengurangi beban kebutuhan beras yang terus saja meningkat, diversifikasi pangan ditujukan agar rakyat bisa lebih sehat. Konsumsi beras yang berlebihan dianggap pemicu penyakit, misalnya diabetes.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu juga agar lebih sehat kalau porsi karbohidrat bisa didiversifikasi. Rata-rata masyarakat Indonesia konsumsi karbohidratnya sudah ketinggian, akan lebih baik diturunkan, konsumsi sayur mayur dinaikkan," ujar Gardjita.

Dia melanjutkan, hal yang sama juga dilakukan pada komoditas daging, tingginya konsumsi daging sapi jadi salah satu pemicu mahalnya harga daging sapi segar. Padahal, masih banyak sumber protein hewani lain yang lebih terjangkau dan melimpah.

"Protein ini banyak sumbernya, nggak melulu daging sapi, selain ayam ada ikan. Nah inilah yang kita upayakan jadi sumber protein selain daging sapi," ungkap Gardjita.

Dia melanjutkan, pihaknya akan menggencarkan kampanye lebih banyak untuk program diversifikasi tersebut. Program diversifikasi pangan yang sudah dianggap sukses berjalan seperti keberadaan daging sapi beku serta daging kerbau India sebagai alternatif daging sapi segar.

"Memang gerakan seperti ini tugas berat, nggak semudah membalikkan tangan. Kayak orang bilang sebelum Lebaran daging sapi beku nggak laku, ternyata banyak yang antre. Artinya pemahaman masyarakat sebenarnya bisa diubah," pungkas Gardjita.



(idr/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads