Pendapatan terbesar berasal dari bisnis aeronautika seperti passenger service charge (PSC), biaya pendaratan pesawat, dan pemakaian garbarata yang diproyeksikan mencapai Rp 5,038 triliun.
Selain itu, dari bisnis non-aeronautika yang menyumbang pendapatan sebesar Rp 3,208 triliun yang antara lain berasal dari konsesi usaha, sewa ruang, reklame, kargo, usaha bidang properti dan sebagainya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian, Terminal Internasional Bandara Husein Sastranegara Bandung, Terminal Internasional Supadio Pontianak, Terminal Baru Bandara Depati Amir Pangkalpinang, serta Terminal Baru Bandara Silangit Tapanuli Utara.
Direktur Utama PT AP II, Muhammad Awaluddin, mengatakan beroperasinya terminal-terminal baru di bandara tersebut nantinya akan memperluas cakupan bisnis dan pengembangan usaha. Nantinya, dengan ada tambahan terminal baru AP II mendorong maskapai penerbangan untuk membuka rute baru.
"Terminal-terminal baru merupakan aset yang dapat dimanfaatkan untuk akselerasi bisnis tersebut, di mana kami akan lebih aktif mengajak maskapai membuka rute-rute baru untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata nasional. Kami berharap beberapa bandara pada tahun depan juga mulai bersiap membuka rute internasional seperti di Bandara Sultan Thaha Jambi," kata Awaluddin.
Terminal baru tersebut nantinya akan dilengkapi berbagai fasilitas terkini untuk memberikan kepastian adanya peningkatan pelayanan bagi penumpang pesawat. Awaluddin meyakini dengan adanya terminal baru di beberapa bandara ini nantinya akan meningkatkan jumlah wisatawan di daerah tersebut sekaligus mendorong sektor pariwisata daerah.
"Melalui pengoperasian terminal baru ini AP II optimistis jumlah penumpang pesawat akan meningkat, termasuk wisman yang melalui bandara AP II diproyeksikan mencapai 4 juta orang atau naik sekitar 600.000 orang dari 2016, di mana hal ini sejalan dengan program Kementerian Pariwisata yang tengah menggalakkan pariwisata nasional," ujar Awaluddin.
Kinerja anak usaha
Sementara itu, pada tahun 2017 AP II menargetkan total pergerakan penumpang yang naik 11% menjadi 103,34 juta penumpang dari tahun 2016. Kenaikan tersebut merupakan total dari 13 bandara yang dikelola AP II.
Di samping melakukan optimalisasi kinerja bandara, AP II juga akan memaksimalkan kinerja anak usaha yakni PT Angkasa Pura Solusi (APS), PT Angkasa Pura Propertindo (APP), dan PT Angkasa Pura Kargo (APK).
Ketiga anak usaha tersebut diperkirakan meraih pendapatan hingga Rp 1,14 triliun pada 2017 atau kurang lebih 13% dari pendapatan AP II, yang berasal dari APS sebesar Rp 667 miliar, lalu APK sebesar Rp 443 miliar, dan APP sebesar Rp 38,7 miliar.
Saat ini ketiga anak usaha tengah melakukan berbagai persiapan untuk menjalankan rencana tahun depan. Misalnya APP akan memulai bisnis perhotelan di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Kualanamu, kemudian APK mengembangkan cargo village dan pengelolaan pergudangan di Bandara Soekarno-Hatta, dan APS mulai fokus pada bisnis information communication & technology (ICT).
AP II saat ini tengah bertransformasi untuk menjadi perusahaan kelas dunia yang mengoperasikan bandara kelas dunia di mana salah satu cirinya adalah kontribusi pendapatan terbesar bukan lagi berasal dari bisnis aeronautika, namun dari bisnis non-aeronautika.
Pada 2018, kontribusi pendapatan bisnis non aeronautika AP II ditargetkan dapat mencapai 50% atau lebih dari total pendapatan perseroan. (hns/hns)











































