Hal tersebut menurut Kepala BKPM merupakan tantangan yang besar, hal itu karena di tahun 2017 ini terdapat penguatan dolar di Amerika Serikat sehingga diperkirakan dana asing banyak yang masuk ke AS, sementara negara berkembang lainnya sedang mengincar peluang investasi masuk ke tiap negara.
"Tahun 2018 itu sebetulnya kalau kita lihat kenaikannya dari 2016 ke 2017 kira-kira 14%. Kalau 2018 itu naiknya 45% dari tahun 2016, kalau dibandingkan dari 2017 itu 25%. Jadi memang ini loncatannya tinggi, itu harus dilakukan sekarang karena itu harus dilakukan performance yang bagus dari sekarang," kata Kepala BKPM Thomas Lembong, di QQ Kopitiam, Pacific Place, Jakarta Selatan, Rabu (4/1/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira mungkin modal yang kita mulai sekarang itu menurut saya syukur saat ini Indonesia negara yang paling aman, stabil dan reformis, coba tanpa sebut nama, banyak negara lain mengalami pemakzulan kepala negara, kepala negara lain mengalami gejolak politik lain, menurut saya Pilkada DKI itu nggak ada apa-apanya dibandingkan gejolak politik negara lain, menurut saya ini nggak ada apa-apannya dibandingkan dengan negara lain ada shock politik apakah itu Brexit dan Pilpres AS," kata Tom.
Sementara itu, di sektor keamanan, menurut Tom aparat keamanan berhasil mencegah tindakan terorisme. Dengan demikian, dibandingkan dengan negara lain, Indonesia realtif lebih aman untuk mengantisipasi gejolak terorisme.
Dia berharap agar Indonesia terus menjaga keamanan dan tidak lengah dari upaya ancaman atau serangan terorisme. Ia menyebut ke depan risiko terhadap kestabilan keamanan selalu ada, tetapi apabila dapat dicegah maka akan menjaga kepercayaan investor kepada Indonesia.
"Tadi pagi saya mengingatkan Kepala BIN dan aparat lain jangan lengah, kita lihat tahun lalu awal kita bisa berbenah tapi ternyata 14 Januari terjadi serangan jadi clear kan kembali jangan lengah, ini relatif dari pada negara lain, ini suatu upaya yang nggak biasa. Ini nggak mudah, risiko itu selalu ada. Sejauh ini investor bisa melihat bahwa Indonesia bisa aman," ungkap Tom.
Selain itu, ia menyebut faktor yang masih dilirik investor untuk berinvestasi di Indonesia adalah reformasi. Menurutnya, dengan adanya demokrasi yang kuat seperti aksi unjuk rasa yang dilakukan masyarakat dan pemerintah mau mendengarkan pendapatnya merupakan suatu daya tarik investor karena ada kestabilan reformasi.
"Hemat saya, Indonesia sudah menjadi suatu pemerintahan yang paling reformis di dunia karena di negara lain itu ada gerakan anti reformasi, lebih proteksionis, lebih mundur dari globalisasi sementara di Asia Tenggara khususnya Indonesia semangat reformis dan masyarakat dukung pemerintah reformasi masih kuat. Kalau beberapa negara berkembang lain mencoba reformasi tapi masyarakat tidak mendukung," ungkap Tom. (dna/dna)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 