Kepala BKPM Thomas Lembong menyebut dengan adanya tantangan penguatan dolar AS akibat kebijakan Donald Trump yang diprediksi terjadi di tahun ini, maka yang dapat dilakukan Indonesia adalah menguatkan ekspor di bidang jasa dan barang. Hal itu karena konsumsi dari AS akan meningkat sehingga akan meningkatkan demand terhadap produk impor yang dibutuhkan AS.
Dengan demikian Indonesia harus bersaing dengan negara lain baik dari segi ekspor jasa maupun barang. Salah satu yang mau dilakukan BKPM untuk menggenjot ekspor jasa misalnya pariwisata, hal itu karena memiliki multiplier efek yang besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya dengan menguatnya dolar, beberapa mata uang negara lain terjadi depresiasi seperti Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok sehingga wisatawan Tiongkok yang akan ke AS akan berpikir dua kali karena memerlukan ongkos yang lebih mahal. Dengan demikian, menurut Tom Indonesia harus mengambil kesempatan tersebut dengan memajukan sektor pariwisata untuk menarik wisatawan mancanegara untuk menaikkan devisa.
"Contohnya ini kan dolar menguat kepada hampir semua mata uang, misal terhadap mata uang Jepang, itu berarti buat wisatawan Jepang kalau mereka mau ke Hawai atau LA terlalu mahal, berarti lebih efektif ke Indonesia. Ini yang harus kita ilhami, sosialisasikan kenapa realisasi di sektor jasa itu lebih menarik. Dengan devaluasi seperti Japanese, Korea mata uang Won, dan Tiongkok berarti bagi wisman di sana lebih murah ke Asia Tenggara, daripada ke AS kita harus memanfaatkan peluang ini," imbuhnya.
Ke depan Tom menyebut BKPM akan bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata untuk mendorong investasi masuk ke sektor tersebut. Misalnya dia mencontohkan, di Sulawesi di mana banyak wisatawan yang masuk ke sana dalam beberapa bulan menyebabkan kebutuhan terhadap hotel meningkat sementara ketersediaan hotel di sana masih terbatas.
Dengan begitu, BKPM akan mendorong investasi di Sulawesi di bidang perhotelan. Selain itu, area hiburan atau pariwisata di Sulawesi masih kurang, baru ada Bunaken yang terkenal, menurut Tom, ke depan BKPM akan mendorong adanya investasi di bidang wisata untuk di Sulawesi.
"Dengan membludaknya banyak wisatawan di Manado, sekarang Manado itu kekurangan hotel. Saya pribadi mengamati sekarang itu kurang sekali atraksi, itu adanya di Bunaken, misal itu perlu atraksi seperti kawasan panorama. Saya juga kemarin ke Kupang di NTT, itu ada Labuan Bajo sangat membutuhkan perhotelan resort, itu kita lagi mencoba mengangkat," ujarnya.
Ia mencontohkan, misalnya dengan berinvestasi resort atau villa di kawasan wisata di Bali ternyata saat ini hasilnya sangat menguntungkan. Dia mendorong, di kawasan wisata lain seperti di pulau Komodo, Labuan Bajo, Borobudur, Danau Toba dan lainnya terdapat penambahan resort untuk mendorong pertumbuhan penginapan.
"Contoh sederhana coba kita beli tanah atau investasi di vila atau resort di Bali 10 tahun yang lalu profitnya sudah berapa sekarang, saya sangat yakin dinamika yang berlaku sama seperti di Komodo antara orang yang berinvestasi di Bali. Investasi vila itu cenderung nggak rugi, bahkan itu sangat yakin hal yang sama akan terjadi di Labuan Bajo, Borobudur, dan di Toba," ungkap Tom. (dna/dna)








































.webp)













 
             
  
  
  
  
  
  
 