Kementan Keberatan Mendag Ubah Berat Maksimum Sapi Bakalan Impor

Kementan Keberatan Mendag Ubah Berat Maksimum Sapi Bakalan Impor

Muhammad Idris - detikFinance
Senin, 09 Jan 2017 18:49 WIB
Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag), Enggartiasto Lukita, mengupayakan harga sapi bakalan yang diimpor dari Australia bisa turun AUD 1/kg dari harga sebelumnya. Namun demikian, dalam negosiasinya, harga sapi bakalan bisa diturunkan bila pemerintah Indonesia mengubah batas maksimal bobot sapi hidup yang diimpor, dari sebelumnya 350 kg, menjadi maksimum 500 kg.

Saat ini dengan regulasi Peraturan Menteri Pertanian Nomor 7 Tahun 2008, pemerintah hanya mengizinkan impor sapi bakalan dengan berat maksimum 350 kg. Dengan demikian, feedloter harus menggemukkan sapi 3-4 bulan terlebih dahulu sebelum kemudian dijual ke pasar.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan), I Ketut Diarmita, mengungkapkan keberatan dengan usul perubahan bobot maksimal tersebut. Saat ini, pihaknya masih melakukan pembicaraan dengan Menteri Perdagangan atas usulan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Usulan Mendag itu kan 250-500 kg, itu kan beliau mengusulkan. Setelah saya pelajari, yang berat 500 kg itu sangat merugikan peternak kita, karena sapi-sapi yang berat 500 kg itu harus digemukkan minimal 4 bulan ya kan? Karena sapi bakalan," jelas Ketut di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Senin (9/1/2017).

"Kedua ada nilai tambah karena peternak kita digunakan. Kalau berat sapi 500 kg, itu kemungkinan terjadinya penambahan berat badan itu tidak ada. Dianggap hanya penambahan lemak saja," tambahnya.

Dia melanjutkan, berat maksimal impor sapi bakalan maksimal 350 kg juga menyangkut soal kesehatan daging sendiri. Hal ini berkaitan dengan penggunaan hormon mempercepat penggemukan daging (growth hormone) yang dipakai feedloter.

"Ketiga, paling penting, ketika feedloter itu tidak menggemukkan selama minimal 4 bulan, hanya 2 bulan misalnya, bagaimana? Di situ kan minimal 4 bulan itu untuk meyakinkan kita bahwa growth hormone yang ada di tubuh sapi itu sudah tidak ada. Karena bahaya growth hormone adalah terjadinya pertumbuhan yang lebih cepat, kemudian menstruasi cepat. Misalnya kalau anak-anak kita terlalu sering memakan daging yang ada growth hormone, menstruasinya jadi cepat, jadi lebih cepat dewasa," terangnya.

Selain itu, sambungnya, kebijakan impor maksimum juga tidak menguntungkan untuk feedloter sendiri. Selama ini pengusaha feedloter mengambil margin dari proses penggemukan.

"Berat optimal sapi itu sebenarnya sudah pada berat 500 kg. Nah, nanti kalau kita sudah berat optimal dan dia makan selama 4 bulan itu sebenarnya hanya penambahan lemak saja. Kalau dia tidak ada penambahan berat karena yang dibawa itu sudah berat maksimal, berarti feedloter rugi masalah pakan," pungkas Ketut. (idr/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads