Mendag Imbau Masyarakat Konsumsi Cabai Rawit Hijau

Mendag Imbau Masyarakat Konsumsi Cabai Rawit Hijau

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 11 Jan 2017 20:29 WIB
Foto: Ari Saputra
Jakarta - Harga rata-rata cabai rawit merah terus mengalami kenaikan. Saat ini harga rata-rata komoditi tersebut berada di kisaran Rp 120.463 per kg.

Harga tersebut menjadi harga rata-rata berdasarkan infopangan.jakarta.go.id. Untuk harga terendah berada di kisaran Rp 70.000 per kg. Sedangkan harga tertingginya mencapai Rp 150.000 per kg.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, mengimbau kepada masyarakat untuk beralih konsumsi, dari cabai rawit merah ke cabai rawit hijau.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makanlah cabai rawit hijau yang juga sama," kata Enggar, usai bertemu dengan para importir hortikultura di kantornya, Jakarta, Rabu (11/1/2017).

Perubahan konsumsi, kata Enggar, juga menjadi salah satu solusi buat masyarakat. Pasalnya, pemerintah tidak akan melakukan importasi cabai rawit merah dalam menurunkan harganya.

Apalagi, kenaikkan harga cabai rawit merah ini hanya bersifat sementara lantaran terdampak oleh faktor cuaca yang ekstrem.

"Cabai rawit merah itu sesaat dan tidak mungkin urusan sesaat kita harus impor," tambahnya.

Mengenai sistem distribusi, Mantan Ketua Real Estate Indonesia ini juga mengaku masih menjadi salah satu kendala tingginya harga cabai.

Dia menceritakan, distribusi terganggu lantaran cuaca dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga, para petani tidak berani untuk memanen.

"Dia (petani) mau metiknya bagaimana. Dia nggak mau metik, dia nggak mau panen. Kemudian ada yang memaksakan dan jadi busuk. Sehingga kerugian atas kerugian (busuk) itu dia bebankan kepada yang segar. Kan logikanya begitu," kata dia.

Masih soal distribusi, pada saat musim penghujan yang tinggi, transportasi pengangkut hasil panen tidak berani untuk melakukan pengiriman lantaran untuk menghindari kejadian-kejadian di perjalanan. Apalagi, letak geografis lahan produksi cabai berada di desa.

"Transportasinya kita harus lihat kenyataan, masuk ke sana kan jadi persoalan. Sehingga penyalurannya jadi persoalan. Sehingga itu mata rantai yang panjang," ujarnya. (wdl/wdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads