"Jagung baru satu tahun saya handle (tangani), produksinya langsung naik, impor turun 3 juta ton, itu setara dengan Rp 10 triliun," ujar Amran, saat kunjungan kerjanya di Kecamatan Buke, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/1/2017).
Menurut Amran, dirinya sempat di-bully karena kebijakan tersebut. Di awal-awal, larangan impor jagung sempat memicu melambungnya harga jagung lokal, yang merembet pada kenaikan harga daging ayam dan demo peternak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, di 2015, tercatat impor jagung mencapai 3,27 juta ton, namun pada 2016 hingga bulan November tercatat hanya 900 ribu ton. Di sisi lain, turunnya impor jagung ini juga terjadi lantaran beberapa perusahaan pakan ternak mengalihkan bahan bakunya dari jagung menjadi gandum impor.
Data Badan Pusat Statistik (BPS), impor gandum pada periode Januari-November 2015 sebesar 6,77 juta ton. Sementara impor gandum pada periode yang sama di 2016 sebesar 9,79 juta ton. (idr/wdl)











































