Menurut Amran, selain masalah tingginya curah hujan, rantai distribusi juga berkontribusi besar pada lonjakan harga cabai. Dia mencontohkan, di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, yang jadi kampung kelahirannya, dirinya mendapati harga cabai hanya Rp 3.000/kg di tingkat petani.
"Harga cabai Rp 3.000/kg, ada itu di Bone. Di petani hanya Rp 3.000/kg," kata Amran. di sela-sela kunjungan kerjanya di Kecamatan Buke, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, Selasa (11/1/2017). Namun Amran tidak menjelaskan jenis cabai apa yang dimaksudnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang kita saatnya atur pola-pola tanam sehingga masa paceklik itu nggak ada lagi. Tapi memang hasilnya nggak bisa selesai sekaligus," ujar Amran.
Selain cara tersebut, dirinya juga mengupayakan agar masyarakat terbiasa menanam cabai sendiri di rumah untuk keperluan dapur. Hal ini secara langsung akan menyebabkan permintaan cabai bisa ditekan.
"Ini cabai saja teriak, karena apa? Malas (menanam). Kalau setiap rumah tangga tanam cabai, 8 bulan selesai persoalan. Hanya 5 batang, tanam di 5 pot," ucap Amran.
"Ini kekuatan ibu-ibu kita yang dimanfaatkan. Ada 126 juta ibu-ibu atau hampir 50% jumlah penduduk. Kalau bergerak, kurangi gosipnya 5 menit saja, 5 menit setiap pagi pakai buat tanam cabai, selesai persoalan," katanya lagi.
(idr/wdl)











































