"(Swasembada) paling lambat tahun depan, satu-satu dulu," kata Amran ditemui di acara penanaman jagung hibrida di Desa Tetewatu, Kecamatan Wiwirano, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara, Kamis (12/1/2017).
Diungkapkannya, dirinya sudah bergerilya dari satu daerah ke daerah lain untuk mendongkrak produksi jagung. Di Kabupaten Konawe Utara sendiri, tahun ini dirinya menargetkan ada tambahan luas lahan jagung 10.000 hektar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amran menyebut, di tengah upayanya fokus pada swasembada jagung, berbagai kritikan dialamatkan kepadanya. Soal cabai salah satunya. Dirinya meminta polemik harga cabai rawit yang sudah menembus Rp 120.000/kg tak perlu berlarut-larut.
"Jadi pandai-pandai bersyukur. Kalau sudah ada swasembada, jangan berteriak cabai. Marah Allah sama kita. Jagung, beras, kemudian bawang, itu yang paling strategis sekarang," ucap Amran.
Pada kesempatan tersebut, Amran menegaskan impor jagung sudah tahun ini berkurang 3 juta ton. Ini dilakukan setelah pihaknya memperketat impor sejak akhir tahun 2015 lalu.
Sebagai informasi, pada tahun 2015, tercatat impor jagung mencapai 3,27 juta ton, namun pada tahun 2016 tercatat hanya sekitar 900 ribu ton. Di sisi lain, turunnya impor jagung ini juga terjadi lantaran beberapa perusahaan pakan ternak mengalihkan bahan bakunya dari jagung menjadi gandum impor.
Data BPS, impor gandum pada periode Januari-November 2015 sebesar 6,77 juta ton. Sementara impor gandum pada periode yang sama di tahun 2016 sebesar 9,79 juta ton. (idr/hns)











































