Analis Bank Permata, Josua Pardede, optimistis dengan kondisi perekonomian dalam negeri tahun ini. Dirinya melihat proses pemulihan ekonomi masih akan terus berlangsung tahun ini.
"Ditambah lagi dari sisi fiskalnya juga semakin kuat dan kredibel dan transmisi kebijakan moneternya masih terus berlangsung di tahun ini," ungkap Josua di Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis malam (12/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kata Josua, faktor utama yang membuat dirinya optimistis terhadap perekonomian Indonesia tahun ini adalah konsumsi masyarakat yang lebih dari 50%. Selain itu, investasi dari pemerintah maupun pihak swasta juga menjadi salah satu faktor pendorong lainnya.
"Konsumsi pemerintah yang kita harapkan, khususnya diprioritaskan di belanja modal. Sehingga belanja modal ini bisa mendorong ataupun memberikan dampak ganda pada sektor rill yang lebih cepat," kata dia.
Sedangkan untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, Josua menilai, tahun ini rupiah akan mengalami sedikit pelemahan. Alasannya, karena rencana dari Bank AS, yaitu Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga acuannya.
"Tapi ya, meski ada rencana kenaikan suku bunga The Fed itu, tapi kita mengharapkan dengan adanya perbaikan kualitas dari APBN, lalu dari sisi fundamental semakin kuat ini bisa mengabsorb potensi pelemahan rupiah ke depan," paparnya.
Sementara itu Analis Bank Negara Indonesia (BNI), Ikhwani Fauzana, juga mengatakan kondisi ekonomi Indonesia pada tahun ini dalam keadaan yang positif. Hal itu dinilainya dari rencana-rencana pemerintah dalam membentuk anggaran.
"Positif sih, dari penjelasannya Ibu Sri Mulyani kita banyak reformasinya dari sisi rencana-rencana pemerintah itu semuanya positif. (Faktornya) Dari usaha-usaha pemerintah dalam pembentukan anggarannya, dan pertumbuhan ekonominya," kata dia. (wdl/wdl)











































