Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia, Ade Sudrajat mengatakan, pihaknya menilai penggunaan kereta api peti kemas lebih mahal daripada truk. Ia mengungkapkan, penggunaan truk mengeluarkan biaya Rp 4,4 juta per kontainer 40 feet.
Sedangkan biaya pengiriman menggunakan kereta peti kemas untuk kontainer berukuran 40 feet Rp 4,6 juta, belum termasuk pengiriman truk dari pabrik menuju stasiun dan pajak yang dikenakan. Jika dihitung bersih, biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan kereta peti kemas menjadi sekitar Rp 5,5 juta per 40 feet kontainer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pakai kereta bersih-bersihnya Rp 5,5 juta per 40 feet kontainer. Pakai truk Rp 4,4 juta per 40 ft kontainer. Yaitu kereta lebih mahal karena PNBP tadi itu, ini lagi diurus agar bisa dikurangi," kata Ade, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (13/1/2017).
Saat ini Ade mengaku sudah mengusulkan kepada Kemenhub untuk menurunkan PNBP tersebut hingga 10%. Hal itu untuk menurunkan biaya logistik barang sehingga makin banyak pengusaha yang menggunakan jasa kereta api ini.
"35-45% dari BOP, saya usul PNBP turun jadi 10%. Saya sudah bilang ke Kemenhub, itu masalah sedang dicari solusinya," kata Ade.
Namun, jika menggunakan kereta ada kelebihannya seperti pengiriman barang lebih cepat yaitu sekitar 4-5 jam perjalanan. Misalnya jika berangkat dari Stasiun Gedebege pukul 19.25 WIB akan tiba di Tanjung Priok sekitar pukul 00.37 WIB.
Dengan waktu yang lebih cepat, biaya yang lebih mahal pada angkutan kereta bisa terkompensasi dari rendahnya risiko kerusakan dan hilangnya barang selama perjalanan.
Sedangkan jika menggunakan truk berisiko terkena macet, apalagi jika pengiriman di akhir pekan atau libur nasional. Belum lagi, risiko kecelakaan, dan ketidak amanan seperti dirampok di tengah jalan.
"Tapi dengan trucking ini kan kita punya resiko yang enggak bisa dihitung. Apa terjadi kecelakaan, atau terjadi bannya kempes atau apa, mogok, bajing loncat di tengah jalan itu semua kan unpredictable. So, kalau kereta api jauh terhindar dari masalah-masalah itu," kata Ade. (dna/dna)