Curhat Pengusaha Konveksi Omzet Turun Sampai Kehilangan Karyawan

Curhat Pengusaha Konveksi Omzet Turun Sampai Kehilangan Karyawan

Yulida Medistiara - detikFinance
Senin, 16 Jan 2017 15:35 WIB
Foto: Yulida Medistiara-detikFinance
Jakarta - Menjelang Pilkada biasanya menjadi momen yang paling menyenangkan bagi para pengusaha. Namun hal tersebut tak terjadi pada momen jelang gelaran Pilkada tahun 2017 ini. Setidaknya itu yang dirasakan oleh pelaku usaha di Pasar Senen.

Momen Pilkada yang datang kurang dari 1 bulan lagi ini tak diwarnai ramainya pesanan atribut partai atau pun atribut kampanye. Kondisi ini semakin memperparah iklim industri yang tengah turun dalam dua tahun belakangan.

Salah satu pedagang konveksi di Pasar Senen, Efendi menyebut jumlah karyawannya menurun 40% karena omzetnya turun dari dua tahun sebelumnya. Ia mengatakan, sebelum tahun 2009 omzetnya mencapai Rp 2-3,5 miliar per bulan, tetapi kini hanya 400 juta.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau 2 tahun lalu sebulannya itu Rp 2,-3,5 miliar per bulan, ada yang sampai Rp 4 miliar. Kalau sekarang itu sampai Rp 400 juta dari 5 cabang," ujar Efendi, di Pasar Senen, Jakarta Pusat, Senin (16/1/2017).

Efendi menyebut, pada tahun 2009 ia memiliki 13 tempat usaha, lalu turun menjadi 8 pada tahun 2014-2015 karena omzetnya turun 80%. Turunnya omzet tersebut karena ada pelemahan ekonomi, selain itu ada pula aturan KPU yang membatasi jumlah atribut Pilkada yang dicetak tiap pasangan calon. Dengan begitu, orderan atribut partai menurun drastis.

Lalu pada tahun 2017 menjadi tinggal 5 toko cabang karena terjadi penurunan omzet 50% dari tahun sebelumnya. Penurunan jumlah toko cabang ini karena sepinya pasar dan omzet yang menurun.

Selain itu, terjadi pula penurunan jumlah tempat produksi, dari sebelumnya ia memiliki 2 konveksi menjadi tinggal 1 saja. Ia mengatakan hal itu karena sedikitnya dana yang berputar.

"Dampaknya ke karyawan ada pengurangan atau PHK, ada produksi konveksinya dari 2 tapi yang 1 sudah ditutup karena ordernya sepi. Kan biaya jalan pemasukan enggak jalan. Ya harus tutup," kata Efendi.

Atas berkurangnya cabang toko dan konveksi itu, ia terpaksa mengurangi 40% karyawannya. Sementara itu, biaya sewa toko dan listrik menjadi sebab penurunan jumlah toko.

"Biaya sewa naik, listrik naik, omzet turun, sewanya kan per tahun, per tahun ini naik alasannya penyesuaian harga," ujar Efendi.

Selain itu pedagang lainnya, Rahmat menyebut omzetnya turun 50% karena sepinya peminat. Hal itu menyebabkan dari yang sebelumnya dapat membayar biaya sewa di muka, menjadi tidak bisa.

"Kalau dulu dengan keuntungan yang dulu bisa bayar sewa dimuka Rp 90 juta setahun ukuran 6 m x 5 m. Kalau sekarang bayar cicil per bulan Rp 7,5 juta," ujar Rahmat.

Selain itu dia mengatakan biaya listrik tidak terlalu berdampak pada pendapatannya, karena biaya listrik hanya Rp 1,5 juta dan tidak tergantung pada jumlah pemakaian. Harga bahan baku juga tidak membuat pengaruh karena turunnya omzet. (dna/dna)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads