"Akhir Februari ini (pinjaman cair), karena kita kan selesaikan semua. Modal sudah masuk kan, mereka masukin modal," kata Menteri BUMN, Rini Soemarno, dalam acara gathering bersama pemimpin redaksi di Plaza Bank Mandiri, Kamis malam (19/1/2017).
Menurut Rini, China punya porsi 40% dalam proyek ini sementara sisanya pihak Indonesia 60%. Kedua belah pihak sudah mulai memasukkan modal ke perusahaan patungan, PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk membangun hingga mengoperasikan kereta cepat tersebut, kebutuhan dana mencapai US$ 5,5 miliar atau setara Rp 73,7 triliun (US$ 1 = Rp 13.400).
Pemerintah mengutus PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dalam proyek ini. WIKA melalui anak usahanya, PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), menguasai 60% saham KCIC
Sedangkan sisanya dipepang oleh China Railway International (CRI) dengan komposisi saham 40%. KCIC merupakan pengembang dan pengelola proyek kereta cepat rute Jakarta-Bandung sepanjang 142 km.
Dari kebutuhan dana proyek US$ 5,5 miliar, KCIC berkontribusi 25% atau setara US$ 1,375 miliar yang bersumber dari setoran PSBI 15% dan CRI 10%. Modal yang disuntikkan oleh induk KCIC akan dilakukan secara bertahap.
Sisanya, kebutuhan dana sebanyak 75% atau setara US$ 4,125 miliar (Rp 55,2 triliun) akan ditutup oleh pinjaman China Development Bank (CDB). (ang/dnl)











































