Apalagi, pemerintah saat ini mulai gencar memberikan bantuan langsung kepada para petani, mulai dari alat mesin pertanian, benih unggul, hingga pupuk subsidi.
Tujuannya, agar ketahanan pangan Indonesia segera terealisasi. Saat ini, padi sudah tidak lagi menjadi persoalan pemerintah lantaran realisasinya telah surplus. Pada 2016 ini berhasil merealisasikan padi 79,1 juta ton dari target yang ditetapkan sebesar 75 juta ton.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apalagi, jika dibandingkan dengan negara lain, seperti Taiwan, Korea Selatan, Vietnam, hingga Jerman. Produksi Indonesia lebih unggul.
"Kami pulang dari Taiwan, Korsel, Vietnam, Jerman, ditanya Pak Presiden. Pak Menteri apa perbedaan petani Indonesia, saya jawab sederhana pak perbedaannya. Embung lebih bagus, produktivitas lebih bagus, kita ada di 9-10 ton, dan dia hanya 3 ton," kata Amran.
"Terus apa yang membedakan, yang membedakan kurang tidurnya pak, kita yang banyak tidur daripada mereka," sambungnya.
Menanggapi hal tersebut, Amran menyebutkan, salah satu petani sawi di Taiwan yang bernama Mr Lee, memiliki penghasilan yang tinggi Rp 3 miliar per bulan. Padahal, Taiwan hanya memiliki musim tanam selama 4 bulan saja.
Melihat keberhasilan petani sawi asal Taiwan tersebut. Amran meminta agar para petani di Indonesia agar tidak menyia-nyiakan lahan tanamnya.
Misalnya, sehabis melakukan panen bisa langsung ditanam kembali. Sehingga lahan tersebut tidak tidur.
"Indonesia betul-betul ada keunggulan kita, keunggulan iklim 12 bulan, dia hanya 4 bulan bertani tapi dia bisa ekspor," tandasnya. (hns/hns)











































