Indonesia dinilai menjadi salah satu negara yang cukup mampu melewati ketidakpastian tersebut. Toh buktinya ekonomi mampu tumbuh di atas 5%. Pada 2016, Bank Dunia memberikan estimasi 5,1% dan untuk tahun ini diproyeksi bisa mencapai 5,3%.
Masih dari data Bank Dunia, posisi tertinggi masih dipegang oleh China dengan estimasi pertumbuhan 6,7% pada 2016 dan proyeksi 6,5% tahun ini. Perlambatan ekonomi China dimungkinkan masih akan terus berlanjut seiring dengan perubahan struktur perekonomian negeri tirai bambu tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rusia diproyeksi bisa tumbuh positif pada 2017 dengan 1,5%, setelah dalam dua tahun terakhir ekonominya bergerak di posisi negatif. Sebesar -3,7% pada 2016 dan -0,6% pada 2017. Faktor utama kejatuhan Rusia adalah harga minyak yang anjlok drastis akibat kelebihan pasokan.
Brasil juga diproyeksikan bisa lepas dari resesi pada tahun ini, dengan pertumbuhan 0,5%. Di mana pada dua tahun terakhir ekonominya -3,8% (2015) dan -3,4% (2016-estimasi). Pendorong Brasil keluar dari resesi adalah potensi kenaikan harga minyak dan komoditas.
Afrika Selatan diproyeksi akan meneruskan perlambatannya pada tahun ini, dengan 1,1%. Dibandingkan tahun lalu memang ada sedikit peningkatan, tapi dalam lima tahun terakhir, ekonomi Afrika Selatan tampak tidak ada perubahan.
Sementara itu negara-negara maju masih harus berjuang lebih keras pada tahun ini Seperti Amerika Serikat (AS) diproyeksi ekonominya hanya mampu tumbuh 2,2%, Uni Eropa sebesar 1,5% dan Jepang 0,9%.
Chatib Basri, Mantan Menteri Keuangan pada pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuturkan dari posisi tersebut tergambar bahwa posisi Indonesia tidak seburuk yang dibayangkan. Maka cukup patut masyarakat berbangga dengan hasil yang dicapai.
Selain ketidakpastian ekonomi, banyak negara justru bermasalah dari sisi stabilitas politik dan keamanan. Sebut saja Brasil dan Turki.
"Ini bukan persoalan mudah untuk melewati ketidakpastian ekonomi global yang terjadi," ujarnya saat berbincang dengan detikFinance, Rabu (25/1/2017).
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menambahkan negara-negara Amerika Latin sekarang berada dalam posisi yang sulit, karena Trump yang rencananya akan mengenakan pajak di wilayah perbatasan.
"Amerika latin yang kena dampak kebijakan Donald Trump yang akan membuat border ataupun melakukan proteksi terhadap barang yang masuk ke AS, masih cukup berat untuk Amerika Latin, karena memang mereka sangat mengandalkan ekspor ke AS untuk mendorong ekonominya," papar Josua kepada detikFinance.
Sedangkan Rusia, menurut Josua tidak akan terbantu banyak dari minyak. Harga berpotensi naik, akan tetapi permintaan masih menurun. Sehingga ekonominya tidak akan banyak bergerak menuju positif.
"AS punya tandingan, yaitu shale gas yang sekrang jadi itu juga bisa menahan kenaikan harga minyak dunia," ujarnya
"Kita lihat ekspektasi pertumbuhan ekonomi global masih lambat meskipun ada pemulihan. Jadi sejauh ini emerging market yang termasuk Indonesia masih potensial, dan kalau lihat proyeksi dari IMF memang emerging, Asia justru yang baik dibanding kawasan lain," papar Josua.
(mkj/ang)











































