Selama puluhan tahun harga beras selalu berfluktuasi sepanjang tahun. Khususnya menjelang dan awal pergantian tahun, Indonesia selalu dihadapkan pada masa paceklik. Suply beras berkurang dan harga melejit.
Dalam rilis dari Kementan, Kamis (26/1/2017), perbaikan sistem produksi telah terjadi pada akhir 2015 dan awal tahun 2016 ini. Harga gabah ditingkat petani justru di bawah HPP. Kondisi tersebut terjadi saat ini di Blora-Jateng dan Bojonegoro-Jatim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi tersebut di satu sisi berkah, di sisi lain harus diwaspadai sebagai menurunnya margin yang diterima petani. Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) Bojonegoro, Bupati Blora dan Gubernur Jawa Tengah mengeluhkan kondisi tersebut yang berakibat panjang pada menurunnya semangat petani untuk menanam.
Menurut Kadistan Bojonegoro harga beras beberapa bulan lalu cukup bagus yakni mencapai Rp 4.000-Rp 5.000 per kilogram GKP. Terkait ketidakwajaran harga ini, Amran yang saat ini sedang kunjungan kerja di daerah tersebut, memerintahkan Bulog segera menyerap gabah petani pada HPP Rp 3.700 per kilogram GKP.
Amran optimistis dalam waktu tiga bulan di tahun ini, produksi padi di Jatim akan memenuhi gudang Bulog di Jatim. Pihaknya akan mengejar target 600 ribu hektar pada Maret 2017.
"Kalau ini kita capai, Insya Allah dalam waktu dekat gudang Bulog untuk Jawa Timur penuh kembali," tuturnya sambil menambahkan, kapasitas gudang Bulog di Jatim bisa mencapai 1 juta ton.
Dalam kurun waktu yang sama, secara nasional masih membutuhkan sekitar 3 juta hektar lahan untuk tanaman padi.
"Memang ini lompatan yang luar biasa dan ini dimulai di 2017," ucap dia.
(nwy/hns)











































