"Pasti lebih murah kalau misalnya direct dari Jakarta langsung, secara biaya logistik lebih murah supaya harga bisa lebih bersaing karena freight (kirim) lebih murah," kata Wakil Ketua Bidang Ekspor dan Impor Asosiasi Ekspor Impor Buah dan Sayuran, Alvin Susilo, kepada detikFinance, Senin (30/1/2017).
Ia mencontohkan misalnya biaya freight (kiriman) Jakarta-Qingdao 40 feet sekitar US$ 800-1000 via Singapore atau Malaysia. Dengan adanya direct call atau pengiriman langsung dari Indonesia sehingga diperkirakan menurunkan biaya logistik 20%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pengiriman yang lebih efisien adalah ketika muatan kapal terisi baik ketika melakukan ekspor maupun impor ke negara tujuan. Oleh karena itu, selanjutnya yang harus ditingkatkan adalah produksi komoditas yang akan diekspor.
Hal itu karena jumlah produksi komoditas pangan masih sedikit yang layak ekspor sehingga pemerintah harus membantu petani meningkatkan produksinya.
Untuk meningkatkan itu, salah satu bantuan yang bisa diberikan misalnya dengan memberikan bantuan benih hingga insentif. Misalnya seperti di negara lain jika petani mampu menghasilkan banyak produksi dengan kualitas yang baik maka bisa diberikan insentif seperti pengembalian bea keluar.
"Kita menyambut baik, biaya logistiknya murah, tapi kita harus perbaiki dulu produksi kita, standar kita dengan meningkatkan kuantitas kita bisa menekan harga kita, barang standar ekspor itu masih sedikit," papar Alvin.
"Untuk memproduksi pasar ekspor, pemerintah memberikan tax insentif kalau bisa ekspor dalam jumlah tertentu pemerintah berikan dia reward, atau bea keluarnya dikembalikan ke permintah atau nol," terangnya.
(mkj/mkj)