Targetnya, Kepulauan Riau untuk menyuplai ekspor ke Singapura. Entikong, Kalimantan Barat untuk mengekspor ke Malaysia, Nusa Tenggara Timur untuk menyuplai ke Timor Timur, dan Merauke untuk mengekspor ke Fiji.
Mentan Amran Sulaiman menegaskan, untuk mengimplementasiknan pembangunan lumbung pangan di wilayah perbatasan, Kementan melalui program Upaya Khusus (UPSUS) telah melakukan cetak sawah baru di hampir semua wilayah perbatasan. Selain itu memberikan bantuan benih, pupuk, alat mesin pertanian dan pendampingan di tiap lokasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementan juga telah menargetkan cetak sawah baru di Entikong, Kalimantan Barat sebanyak 50 ribu hektare. Bahkan, di tahun 2017 ini Kalimantan Barat akan mengekspor beras premium ke Malaysia dengan tahap awal akan dilakukan secara bertahap, targetnya sebanyak 15 ribu ton per tahun.
Persiapan ekspor tersebut saat ini sudah mulai dilakukan di wilayah Kabupaten Sambas dengan luas areal yang ditanami sebanyak 5 ribu hektare. Sejumlah wilayah yang berbatasan langsung maupun daerah penyangga juga sedang mempersiapkan lahan.
Sedangkan Nusa Tenggara Timur (NTT), melalui program UPSUS, sejak tahun 2014 hingga 2016 telah mampu memajukan sektor pertanian NTT sehingga mampu memenuhi kebutuhan beras dengan produksi sendiri. NTT pun kini menjadi salah satu provinsi sentra produksi jagung nasional.
Laporan perkembangan luas tanam, dalam 2 tahun terakhir, luas tambah tanam di NTT naik dari 247.649 hektare menjadi 282.127 hektare dan produksinya naik dari 739.667 ton menjadi 948.088 ton per tahun. "Dengan kemajuan ini, tentu pasti bisa kita supplai kebutuhan pangan negara tetangga, Timor Leste," sebut Amran.
Menurut Amran, membangun lumbung pangan di wilayah pertanian sangat penting untuk koordinasi antar sektor dan pemangku kepentingan. "Kita harus optimistis dengan menggerakkan sumber daya dan teknologi yang ada, dan tidak perlu pesimis," tegas Amran. (nwy/hns)











































