Kerja sama ini meliputi pengembangan wisata bahari di Indonesia. Arief Yahya dalam sambutannya mengungkapkan, selama ini potensi wisata bahari di Indonesia sangat besar. Namun, baru berkontribusi 10% terhadap devisa.
"Kami laporkan untuk wisata bahari berkontribusi hanya 10% dari pendapatan devisa kita. Kalau devisa US$ 10 miliar, sekarang US$ 12,6 miliar. Kalau hanya 10% ya hitungannya biar gampang US$ 1 miliar," ujar Arief di Gedung Mina Bahari IV, kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta Pusat, Selasa (7/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lewat kerja sama ini, KKP diharapkan bisa menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten dalam membangun industri pariwisata di Indonesia, khususnya wisata bahari. SDM yang berkualitas didapatkan dari sekolah di bawah KKP.
Foto: Ardan Adhi Chandra |
"Khusus SDM ada tiga hal, pertama untuk SDM-nya sendiri, kedua masyarakat, ketiga unit bisnis," kata Arief.
Sehingga wisata bahari di Indonesia bisa lebih unggul. Kontribusi yang diberikan wisata bahari ke devisa juga bisa lebih besar lagi nantinya dengan mengandalkan jasa.
"Industri atau bisnis itu ada tiga, pertama produksi termasuk pertanian tanam padi dan nelayan, kedua perdagangan, ketiga adalah jasa," tutur Arief.
Foto: Ardan Adhi Chandra |
Arief juga menargetkan besaran devisa yang dihasilkan dari pariwisata bisa mencapai US$ 20 miliar, dan 20% di antaranya berasal dari wisata bahari.
"Di 2019 proyeksikan kontribusi wisata bahari terhadap total devisa pariwisata projected US$ 20 miliar. Kita proyeksikan 20% atau US$ 4 miliar, naik 4 kali lipat dalam 5 tahun," tutup Arief. (wdl/wdl)












































Foto: Ardan Adhi Chandra
Foto: Ardan Adhi Chandra