Menurutnya, berdasarkan temuan KPPU, ada indikasi permainan harga yang dilakukan oleh para bandar yang ada di daerah atau di lokasi pasar induk. Pasalnya harga cabai rawit merah yang saat ini mencapai Rp 160 ribu per kilogram (Kg) nya sudah tak lagi masuk akal.
Syarkawi mengakui, saat ini temuan di lapangan, produksi cabai di petani menurun 30-50% lantaran adanya faktor cuaca yang terus menerus hujan yang menyebabkan produksinya menurun. Namun demikian, dengan mempertimbangkan faktor tersebut, ia mengatakan, seharusnya harga cabai tak mencapai setinggi harga yang ada di lapangan saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setelah itu, KPPU telusuri kenapa tidak rasional begitu harganya. Ternyata salah satu penyebabnya karena rantai distribusi yang panjang," tambahnya.
KPPU kemudian melakukan penelusuran rantai distribusi di sejumlah kota di Indonesia, mulai dari Balikpapan, Makassar, Surabaya, Magelang, Garut, Jakarta, hingga Medan. Ia mengatakan pola distribusinya hampir sama, yakni dimulai dari petani, kemudian dibeli oleh pengepul, bandar di daerah, dan bandar di pasar induk. Setelah dari bandar di pasar induk, barulah cabai masuk ke agen dan dijual ke para pedagang pengecer yang akhirnya menjual ke konsumen.
KPPU mengindikasi adanya pengaturan pasokan di level bandar, karena adanya jumlah pelaku pasar yang sedikit ketika rantai distribusi sampai di level ini.
"Setelah kita lihat, kalau di petani kan jumlahnya banyak sekali, pengepul juga banyak. Yang mulai sedikit itu jumlahnya yang menguasai pembelian, adalah mereka di level bandar daerah dan termasuk yang di pasar induk. Mereka ini yang menguasai pembelian dari pengepul maupun penjualan ke agen," jelas Syarkawi.
"Berarti yang berpotensi mengatur pasokan ke pasar atau pembelian dari petani itu di level bandar. Karena di situ jumlahnya sedikit. Dari sisi ilmu persaingan, semakin sedikit jumlah pelakunya, berarti pasarnya semakin terkonsentrasi. Semakin terkonsentrasi, potensi terjadi persekongkolan semakin besar," ungkapnya.
Lanjut Syarkawi, hal ini masih terus diselidiki apakah benar harga cabai yang tinggi benar-benar disebabkan oleh faktor cuaca ekstrim yang menyebabkan produksi menurun.
"KPPU melihat, ini temuan sementara waktu. Kenaikan harga yang disebabkan oleh penurunan produksi sampai 30% itu tidak rasional lagi. Karena kenaikan harganya sudah berlebihan, padahal produksi hanya turun 30%. Idealnya kenaikan harga itu hanya maksimal Rp 80 atau 90 ribu per kilogram," tukasnya. (wdl/wdl)











































