Anggaran belanja memang berhasil dihabiskan oleh masing-masing Kementerian Lembaga (KL) namun tingkat efektivitasnya masih rendah.
"Saya sangat sedih kalau setiap saya alokasikan APBN, this much, tapi tidak menghasilkan sesuatu yang ditargetkan," ungkapnya dalam peluncuran laporan ketimpangan oleh Oxfam di Indonesia (Oxfam) dan International NGO Forum on Indonesia Development (lNFlD) di Hotel Aryaduta, Jakarta, Kamis (23/2/2017).
Salah satunya pada porsi anggaran pendidikan. Pada 2006, anggarannya hanya sebesar Rp 175 triliun dan sekarang mencapai Rp 400 triliun. Sayangnya masih saja ditemukan sekolah yang tidak memiliki atap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu juga dengan tunjangan guru yang nilainya mencapai kisaran Rp 25 triliun setiap tahunnya. Akan tetapi, kualitas guru masih dipertanyakan. "Kenaikan tunjangan guru, are these really improving the quality of teaching?," imbuhnya.
Pengelolaan APBN, kata Sri Mulyani tidak hanya tentang bagaimana uang bisa masuk, namun juga keluar dengan tepat. APBN menjadi instrumen penting untuk menyelesaikan kemiskinan yang mengakar di Indonesia.
"Kalau kita bicara tentang setara dan memotong garis kemiskinan. Maka salah satu instrumen penting lainnya adalah belanja negara," tegasnya. (mkj/mkj)