Ketua Bidang Hukum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (Gopan), Nano Supriyatna, mengungkapkan hal yang paling dikeluhkan yakni disparitas harga yang sangat tinggi antara harga ayam hidup di kandang dan pasar.
"Harga ayam live bird di kandang jatuh sampai Rp 11.000/kg, sementara harga di pasar sampai Rp 34.000/kg. Tolonglah kami ini diperhatikan, kalau masih seperti ini, sebulan lagi kita sudah bangkrut," kata Nano di kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (28/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kalau sesuai hitungan karkas rumusnya harga di kandang itu dikali dengan 1,65. Hasil kalinya itulah yang jadi harusnya jadi harga di pasar. Artinya kalau harga di kandang Rp 18.000/kg, di pasar Rp 29.700/kg. Lah ini kita harganya turun sampai Rp 11.000/kg, di pasar dari dulu enggak pernah turun dari Rp 34.000/kg," jelas Nano.
Mukhlis, peternak mandiri asal Bandung menuturkan hal yang sama. Menurutnya, harga ayam sering anjlok sudah terjadi sejak 4 tahun belakangan. Namun, harga ayam paling parah terjadi mulai tahun 2016.
"Sudah 4 tahun seperti ini terus. Kita di Januari dan Februari tahun ini sudah turun, tahun lalu di 2016 kita sudah terpuruk. Harga turun Rp 14.000/kg di kandang, tapi kemudian turun lagi hanya Rp 12.000/kg, tahun 2016 sudah rugi, tahun ini semakin nyungsep, bahkan ada di daerah lain yang harganya sampai Rp 9.000/kg," ungkapnya. (idr/wdl)











































