Sekretaris Direktorat Perdangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Indrasari Wisnu, mengungkapkan penyebab gejolak harga daging ayam yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini karena permainan broker alias pedagang perantara.
"Karena masih ada yang main-main di tengah, ada broker dan pedagang pangkalan, baru sampai ke pedagang (pasar). Ini dugaan kita ada yang bermain di tengah, kenapa harga bisa turun jatuh, kemudian naik tinggi," kata Wisnu di kantor Kemendag, Jakarta, Selasa (28/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga ayam hidup di tingkat peternak jatuh hingga Rp 11.000/kg, namun di sisi lain, harga daging ayam di pasar di banderol di kisaran Rp 34.000/kg.
"Bagaimana cara potong yang di tengah agar harga live bird dan karkas tidak jauh berbeda. Nanti kita carikan solusinya, saya akan sampaikan ke Menteri Perdagangan. Ini dugaan di kita, sudah ada indikasi di tengah ini yang bisa kerek harga di pasar dan di peternak," ucap Wisnu.
Salah satu caranya, lanjut dia, Kemendag akan memasukkan harga live bird dalam revisi Permendag Nomor 63 Tahun 2016 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Penjualan di Tingkat Konsumen.
"Kapan keluarnya harus selesaikan dulu di kantor Kementerian Koordinator Perekonomian. Pada dasarnya Permendag sudah siap, tapi sebelum diteken Pak Menteri Perdagangan, harus selesaikan masalah birokrasi dulu," terang Wisnu. (idr/wdl)











































