Metode transfer embrio dan kawin silang ini adalah salah satu upaya pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian untuk mencari bibit-bibit unggul sapi, baik dari lokal maupun negara lain dalam rangka mencapai swasembada sapi tahun 2027.
"Kami melakukan cara ini sebagai upaya mencari jenis-jenis sapi yang pertumbuhannya cepat, besar dan sesuai dengan di Indonesia. Salah satunya datang ke Belgia, dan menemukan Blue Belgian Cattle ini," kata Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi, Syukur Iwantoro di BET, Cipelang, Bogor, Minggu (5/3/2017).
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sapi berjenis Belgian Blue ini nantinya akan kembali dikawin silangkan dengan sperma Belgian Blue lainnya, hingga akhirnya menghasilkan jenis Belgian Blue Indonesia yang genetiknya mencapai 75%. Dengan kadar genetik sebesar itu, berat sapi ini bisa mencapai 1,5 ton dalam waktu dua tahun atau dua kali bobot sapi limosin yang selama ini dikenal sebagai sapi berbobot 'raksasa' di Indonesia.
"Bobot dua ekor Belgian Blue dalam waktu 2 tahun itu bisa 1,5 ton, setara dengan bobot 10 ekor sapi lokal usia dua tahun. Karena karkas sapi lokal itu 47%. Sedangkan Belgian Blue 73%," tutur Syukur.
Sapi Belgian Blue sendiri merupakan hasil transfer embrio Belgian Blue pertama yang berhasil di Asia Tenggara. Dengan berhasilnya metode ini, diharapkan upaya pemerintah dalam mencukupi ketersediaan pasokan daging sapi dalam negeri secara mandiri dapat tercapai.
"Jadi swasembada daging itu banyak strateginya, tapi tidak instan. Negara lain juga begitu, selalu mencari bibit-bibit unggul baik yang dibuat sendiri maupun yang diadopsi dari negara lain," pungkasnya. (mkj/mkj)