Hal tersebut seperti dijumpai detikFinance di proyek pembangunan jalan tol di kota Manila Filipina yakni proyek jalan tol melayang Metro Manila Skyway Stage 3, Seksi 3 yang berlokasi di Araneta Avenue, Quezon City, Manila, Filipina.
![]() |
Yang menarik, jalan tol ini dibangun itu, memanfaatkan teknolog dari Indonesia.
"Kita pakai teknologi Sosro Bahu," kata CTO Citra Metro Manila Tollways Corporation, Dodik Marseno ditemui detikFinance di lokasi proyek belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dengan teknologi ini, proses pengecoran kepala tiang penyangga jalan tol bisa dilakukan sejajar dengan arah jalan sehingga bisa mengurangi penggunaan ruang jalan saat pengecoran.
Setelah proses pengecoran kepala tiang selesai dan struktur pier head yang dicor sudah mengering dan dinilai sudah kuat, maka pier head yang semula sejajar arah jalan kemudian diputar ke posisi yang diperlukan, dengan mamanfaatkan teknologi sosro bahu ini.
Pantauan detikFinance, proses pemutaran pier head tak sampai 3 menit.
Alhasil, kemacetan efek dari proses pembangunan bisa dikurangi. Kendaraan tetap bisa melintas di bawah pekerjaan konstruksi yang tengah berlangsung.
Dodik menyebut, teknologi ini pertama kali diciptakan oleh orang Indonesia.
"Penciptanya adalah Insinyur Tjokorda Raka Sukawati," sebut dia.
![]() |
Teknologi milik Indonesia ini bukan pertama kalinya di pakai di Filipina. Dodik menceritakan, sejak pertama kali Filipina membangun jalan tol layang, teknologi sosro bahu ini sudah digunakan.
Sebut saja, Metro Manila Skyway Stage 1 yang dibangun tahun 1999, Metro Manila Skyway Stage 2 yang dibangun tahun 2011. Ada juga proyek Ninoy Aquino International Airport Express Way di Filipina tahun 2014.
"Sejak pertama kali mereka (Pemerintah Filipina) bangun jalan tol melayang. Mereka sudah pakai teknologi ini. Teknologi ini juga diproduksinya di Indonesia," tandas dia.
![]() |