Nota kesepahaman ini ditandatangani oleh Direktur Keuangan Wika Steve Kosasih dan Chairman Matiere, Philippe Matiere. Penandatanganan kerja sama ini juga disaksikan oleh Presiden Prancis, Francois Hollande.
Sedikitnya ada tiga aspek kerja sama dengan perusahaan asal Prancis meliputi pengerjaan rangka baja untuk jembatan dan jalan tol dengan teknologi tinggi, pembangunan pabrik dan fasilitas produksi rangka baja jembatan dan jalan tol di Indonesia, hingga teknologi ultra high performance concrete di mana produk rangka baja dan beton yang diproduksi akan lebih ringan, lebih tipis namun jauh lebih kuat serta dapat diproduksi dalam bentuk modular sehingga mempermudah perencanaan dan mempercepat pemasangan dalam berbagai proyek infrastruktur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produksi rangka baja jembatan dan jalan tol akan menggandeng PT Krakatau Steel sebagai produsen baja tanah air. Sehingga tingkat kandungan dalam negeri bisa dioptimalkan.
"Untuk produksi baja kami dan Matieré akan mengadakan kerjasama dengan Krakatau Steel. Hal ini akan mendongkrak juga sinergi BUMN," ujar Kosasih.
Wika dan Matiere nantinya juga akan membangun pabrik bersama untuk memproduksi produk-produk rangka baja dan beton berteknologi tinggi. Salah satunya adalah teknologi ultra high performance concrete.
"Di mana pemasangan dan penyambungan modul atau segmen jembatan dan jalan tol yang dulunya dalam hitungan hari atau jam sekarang bisa diselesaikan dalam hitungan menit," tutur Kosasih.
Selain itu, kerja sama ini juga akan memberikan peluang bagi Wika untuk mengembangkan bisnis di luar negeri, terutama di negara-negara di mana Matiére telah menjadi pemimpin pasar.
Pada tahun ini Wika telah mengantongi beberapa kontrak untuk pekerjaan jalan dan jembatan diantaranya pembangunan jalan tol Serang-Panimbang senilai Rp 2,85 triliun, tol Cengkareng-Kunciran senilai Rp 1,98 triliun, Natar Bora Road di Timor Leste senilai Rp 157,7 miliar, sedangkan untuk pembangunan jembatan diantaranya jembatan Tumbang Sumba Kalimantan Tengah senilai Rp 259,4 miliar dan pembangunan jalan dan jembatan di Soibada Timor Leste dengan nilai kontrak Rp 98,4 miliar.
''Kebutuhan pembangunan jalan dan jembatan di Indonesia semakin meningkat seiring dengan berkembangnya perekonomian di setiap daerah di Indonesia,'' ungkap Kosasih.
Sejumlah proyek ini tentunya menjadi peluang bagi Matiere untuk turut terlibat ke depannya bila sesuai dengan teknologi jembatan modular yang dimiliki oleh investor asal Prancis ini
Menurut CEO Matiere, Philippe Matiere salah satu jembatan sepanjang 1,2 kilometer yang dibangun Matiére di Filipina, menyeberangi salah satu sungai terbesar di Manila, dapat diselesaikan hanya dalam waktu 6 bulan dengan teknologi mereka. Sementara itu jika menggunakan teknologi produksi konvensional dapat memakan waktu hingga 2 tahun.
Matiere sangat tertarik untuk berinvestasi di Indonesia di mana Wika sebagai mitra strategis akan menjadi pasangan yang ideal untuk dapat memfasilitasi untuk penyediaan lahan, perijinan, fasilitas produksi dan sumber daya manusia yang tepat untuk kebutuhan fabrikasi serta tentunya menyediakan pasar sebagai salah satu pemain terbesar di industri infrastruktur tanah air.
Selama ini dalam pembangunan jalan dan jembatan baja, Wika selalu menggunakan produk anak usahanya yakni Wika Industri Konstruksi, sedangkan untuk pengerjaan jalan dan jembatan beton, menggunakan produk Wika Beton. Teknologi yang ditawarkan Matiere diyakini akan semakin melengkapi ragam produk anak usaha perusahaan Wika tersebut.
Hingga minggu ketiga Maret, Wika telah mengantongi total kontrak baru sebesar 34,6% dari total kontrak baru yang ditargetkan sepanjang 2017 sebesar Rp 43 triliun. Sehingga total kontrak yang akan dibukukan perusahaan konstruksi ini mencapai Rp 103 triliun pada akhir tahun ini. Wika meyakini target kontrak ini akan tercapai sejalan dengan rencana pemerintah yang ingin membangun infrastruktur dari Sabang hingga Merauke.
Dengan perolehan kontrak baru yang sudah dikantongi hingga minggu lalu, Wika memperkirakan laba sepanjang kuartal pertama 2017, bisa melebihi Rp 200 miliar dan pada akhir tahun perolehan laba bisa mencapai sekitar Rp 1,22 triliun. (dna/dna)