Nilai Tukar Petani Turun Saat Panen, Ini Solusinya

Nilai Tukar Petani Turun Saat Panen, Ini Solusinya

Niken Widya Yunita - detikFinance
Selasa, 04 Apr 2017 15:14 WIB
Nilai Tukar Petani Turun Saat Panen, Ini Solusinya
Foto: Dok Kementan
Jakarta - Nilai Tukar Petani (NTP) bukan ukuran terbaik menggambarkan kesejahteraan petani. Namun NTP diakui layak dijadikan indikator kemampuan daya beli petani.

BPS 3/4 2017 merilis data Maret 2017 terjadi deflasi sebesar 0,02 persen. Sebagian besar 0,66 persen disumbang dari turunnya kelompok pengeluaran bahan makanan. Sedangkan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan menyumbang 0,13 persen.

BPS menyebutkan NTP nasional Maret 2017 sebesar 99,95 atau turun 0,38 persen dibanding NTP bulan Februari. Demikian juga bulan Februari 2017 NTP nasional juga turun 0,58 persen dibandingkan sebelumnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Agung Hendriadi, mengatakan ada 3 solusi dari Kementan menyikapi hal ini. Pertama, Bulog meningkatkan serap gabah petani di lokasi-lokasi panen raya dan harga jatuh. Kedua, memotong rantai pasok tata niaga saat ini terlalu panjang.

"Ketiga menyediakan sarana pengeringan gabah di wilayah terkena hujan," ujar Agung, Selasa (4/4/2017).

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Winarno Thohir menganggap wajar NTP turun. Februari-Maret merupakan musim panen raya padi.

"Musim hujan kadar air gabah tinggi dan harga gabah menjadi jatuh. Karena itu penerimaan petani berkurang," kata Winarno.

Data lima tahun terakhir, lanjut Winarno, penurunan NTP dari Februari-April merupakan fenomena bulanan. Dia optimistis beberapa bulan ke depan, NTP akan naik lagi.

Winarno menambahkan, capaian produksi yang tinggi saat dipimpin Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat ini, harus dilanjutkan dengan fokus pada penanganan aspek hilir dan pasar. Hal ini dapat mendongkrak pendapatan petani.

(nwy/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads