Selama masa kampanyenya, Trump memang kerap menyebut China sebagai negara manipulator kurs mata uangnya untuk kepentingan perdagangan Negeri Panda itu. AS memang menghadapi defisit perdagangan yang cukup besar dengan China sejak beberapa tahun ke belakang.
"Kita telah membuat kesepakatan yang luar biasa besar dalam hubungan dengan China. Hubungan yang dibuat oleh Presiden Xi dan saya sendiri, saya pikir itu luar biasa," kata Trump sebagaimana dikutip dari Reuters, Sabtu (8/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, Xi mendorong AS mengambil bagian dari rencana besar 'satu sabuk, satu jalan', yakni keinginan China untuk membangun infrastruktur di sepanjang Asia, Afrika, dan Eropa. Sebuah ide menjadikan China poros ekonomi sebagaimana jalur sutera pada masa lalu.
Menteri Perdagangan AS, Wilbur Ross, mengatakan China memang merespons positif keinginan Trump untuk mengurangi surplus perdagangannya dengan AS sebagai cara untuk menekan inflasi di dalam negeri.
"Ini pertama kalinya saya mendengar mereka (China) mengatakan hal demikian dalam konteks bilateral resmi," ungkap Ross.
Kesepakatan dari pembicaraan keduanya terkait ekonomi tersebut semakin sulit diprediksi di tengah panasnya situasi politik dan keamanan global, terutama terkait dengan keputusan serangan AS ke Suriah dan isu soal Korea Utara. (idr/hns)