Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso, mengungkapkan kawasan tersebut akan dikembangkan, tepatnya pada sepanjang akses masuk sampai sisi jalan tol yang juga dibangun di dekat kedua bandara itu.
"Akses dari dan menuju bandara, sesuai planning di sepanjang jalan tol Trans Jawa, ditetapkan 2 bandara yang berada persis di sisi sebelah ruas jalan tol yang membentang di sepanjang Pulau jawa yaitu Bandara lntemasional Kertajati di Jawa Barat yang akan beroperasi penuh pada tahun 2019, dan Bandar Udara lntemasional Adi Soemarmo," kata Agus di D'Cost Harmoni, Jakarta, Minggu (9/4/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara khusus untuk Bandara Adi Soemarmo, akan memiliki lebih bayak TOD karena selain terhubung jalan tol juga bisa diakses dengan kereta api.
"Aksesibilitas menjadikan peningkatan angkutan dengan seluruh pusat keramaian se-Solo Raya. Jika itu terealisasi, akan terwujud kawasan bandara dan sekitarnya sebagai kota satelit yang kegiatannya akan merembet ke stasiun-stasiun kereta dimana TOD terbangun," ujar Agus.
Bandara Adi Soemarmo juga mengalami peningkatan jumlah penumpang mencapai 48% atau 2,1 juta penumpang hanya dalam kurun waktu 6 bulan. Bahkan pertumbuhan dari airport city ini bisa merembet hingga ke Klaten dan Yogjakarta karena dilewati akses kereta api dan jalan tol.
"Multiplier efek ini tentunya akan merembet sepanjang jalan yang dilalui oleh airport train shuttle ini, menjadikan beberapa pusat keramaian baru. Sehingga Solo-Kartasura-Klaten-Prambanan-Yogjakarta akan menjadi kesatuan kota besar.
Sementara untuk Bandara Kertajati, sambungnya, kawasan-kawasan di sekitar bandara yang luasanya 3.500 hektar tersebut akan dikelola oleh Pemda Jawa Barat.
"Kalau Bandara Kertajatinya sendiri luasnya 1.800 hektar, kalau kawasan support-nya itu 3.500 hektar itu dikembangkan oleh Pemda. Nanti akan menyebar ke Utara seperti Karawang," pungkas Agus. (idr/mkj)











































