Telekonferensi dilakukan antara Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang berada di Kantor Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Jakarta bersama Ketua Tim Penggerak PKK, Eni Guntarto Cahyo Kumolo di Desa Glesungrejo, Kec. Baturetno, Kab. Wonogiri Jawa Tengah, Senin (10/4/2017). Telekonferensi juga dilakukan bersama para pengurus PKK dan masyarakat di 9 Provinsi lainnya.
'Gerakan Penanaman 10 juta Pohon Cabe' di Cilodong pada 22 November 2016 yang lalu dinilai mampu menurunkan harga cabai di pasaran. Gerakan tersebut juga dikoordinasikan oleh Tim Penggerak PKK di masing-masing wilayah seluruh Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Amran menegaskan kembali kepada 34 BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Kementerian Pertanian di seluruh Indonesia untuk dapat terus memberikan 10 juta bibit cabai dan sayuran yang telah di anggarkan secara gratis tahun ini kepada rumah tangga Indonesia khususnya melalui anggota PKK, IWAPI, Dharmawanita dan Organisasi wanita lainya.
"Tahun depan kami akan anggarkan 2 kali lipat kurang lebih Rp 200 miliar untuk benih cabai, bawang, sayur dan lain-lain untuk diberikan secara gratis kepada rumah tangga seluruh Indonesia," jelas Amran.
Amran mengatakan apabila seluruh rumah tangga bergerak bersama maka akan dapat menghemat biaya rumah tangga sebesar 1.000 triliun per tahun. Dengan ilustrasi bahwa apabila 60 juta rumah tangga seluruh Indonesia dapat menghemat biaya untuk cabai, bawang, ayam dan lain lain Rp. 1 juta/bulan, maka dalam sebulan akan menghemat sekitar Rp 60 triliun.
Dipilihnya PKK sebagai mitra karena memiliki jaringan terstruktur dari tingkat pusat sampai dasa wisma, sehingga dapat mendukung pelaksanaan optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara masif. Melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan, khususnya penanaman cabai, diharapkan dapat menjadi salah satu solusi mengatasi gejolak harga pangan/cabai.
Selain itu, dengan pemberdayaan PKK untuk melakukan budidaya cabe dan sumber pangan lain pada pekarangan rumah, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta peningkatan pendapatan, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga sehingga mampu mewujudkan kemandirian pangan di tingkat rumah tangga.
"Potensi perempuan di Indonesia luar biasa, hampir 49 % penduduk Indonesia adalah perempuan, sehingga kalau kita bergerak bersama, menggunakan sejengkal tanah di pekarangan rumah, saya yakin Indonesia akan bangkit melalui ibu rumah tangga yang bergerak," tegas Amran.
Amran menambahkan, sesuai dengan arahan Presiden RI, hortikultura dan sayuran harus segera dikembangkan setelah beras, jagung, bawang telah dapat diatasi secara baik, oleh karena itu melalui Badan Litbang Pertanian menyiapkan anggaran khusus untuk menyiapkan luasan benih khusus untuk cetak benih.
"Kedepan kami juga akan siapkan benih tidak hanya cabai saja tapi juga benih untuk seluruh kebutuhan rumah tangga seperti bawang, ayam dan lain lain," kata Amran.
Dalam telekonferensi tersebut Ketua Umum Tim Penggerak PKK, Eni Guntarto Cahyo Kumolo menyampaikan, kegiatan ini tidak hanya diartikan secara sempit saja yaitu optimalisasi pekarangan. Namun melalui kegiatan ini diharapkan dapat memaknai secara luaspekarangan di sekitar rumah tangga memiliki multifungsi, kaya fungsi, dan kaya manfaat.
"Saya mengajak seluruh kader PKK untuk dapat memanfaatkan pekarangannya masing-masing untuk bercocok tanam, sekecil apapun luas pekarangan bisa kita optimalkan untuk menanam kebutuhan sehari-hari sehingga dapat meciptakan ketahanan pangan keluarga," jelas Eni Guntarto.
Selain itu Eni Guntarto menambahkan bahwa optimalisasi pekarangan dapat mengatasi gejolak harga pangan. Khususnya cabe dengan menanam cabe di masing-masing pekarangan di setiap keluarga.
"Kalau kita dapat lebih memanfaatkan lagi pekarangan kita, dengan adanya kenaikan harga cabai beberapa hari yang lalu, kita tidak akan bingung apabila masing-masing rumah memiliki pohon cabai, setiap rumah setidaknya memiliki 5β10 pohon cabai," kata Eni.
Pendekatan pengembangan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Pekarangan melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dilakukan dengan mengembangkan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Antara lain dengan membangun kebun bibit desa dan mengutamakan sumber daya lokal disertai dengan pemanfaatan pengetahuan lokal (local wisdom) sehingga ketahanan pangan dan kelestarian alam terjaga.
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan sebuah konsep lingkungan perumahan penduduk yang secara bersama-sama mengusahakan pekarangannya secara intensif untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan dengan mempertimbangkan aspek potensi wilayah dan kebutuhan gizi warga setempat.
(ega/hns)