"Pemerintah menjadikan pelatihan vokasi untuk kebijakan strategis sebagai salah satu antisipasi dampak pengangguran akibat digitalisasi dan otomatisasi teknologi. Kebijakan strategis tersebut harus melibatkan pengusaha dan pekerja," kata Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri Kementerian Ketenagakerjaan Indah Anggoro Putri dalam keterangan tertulis, Senin (17/4/2017).
Indah mengungkapkan hal itu dalam acara dialog nasional mengenai Prakarsa Pekerjaan Masa Depan bertajuk 'Implikasi Kemajuan Teknologi terhadap Pekerjaan' di Hotel Aryaduta, Jakarta, (17/4/2017). Dialog ini diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI bekerja sama dengan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) yang melibatkan pemerintah, pengusaha dan serikat pekerja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu Regional Office for Asia and Pacific ILO Gary Rynhart dalam paparannya mengatakan dampak revolusi teknologi tak bisa dihindari. Ia mencontohkan hasil riset ILO yang menunjukkan risiko dari digitalisasi teknologi telah menghilangkan 86 persen pekerjaan sektor garmen dan alas kaki di Vietnam, Kamboja dan Myanmar.
"Kondisi Indonesia tak jauh beda. Sektor padat karya, jasa, pertanian dan manufaktur yang paling terancam," ujarnya.
Kondisi serupa juga dialami oleh banyak negara, khususnya negara berkembang. Lebih dari 60 negara saat ini sedang merencanakan konsultasi dengan para pemangku kepentingan yang relevan mengenai isu pekerjaan masa mendatang (future of work).
"Betapa teknologi telah menghilangkan sejumlah pekerjaan, namun juga menjanjikan pekerjaan baru. Rencananya pada 2017 dan 2018 Komisi Tingkat Tinggi Pekerjaan Masa Depan akan dibentuk dan menjalankan tugasnya," jelasnya.
![]() |
Pembicara lain, pendiri Hallo Motion Wahyu Aditya menyambut baik rencana pemerintah yang akan menjadikan pelatihan vokasi sebagai salah satu upaya menjawab isu future of work. Menurutnya, berpikir kreatif dan penguasaan skill adalah kunci memenangkan persaingan saat ini dan mendatang.
"Bukan berarti ijazah tidak penting, namun kursus dan training akan menjadi nilai lebih seseorang memasuki dunia kerja," ungkapnya.
Dia menambahkan, penguasaan teknologi komunikasi juga terbukti menciptakan lapangan kerja baru. Misalnya maraknya jasa melalui aplikasi online, buzzer, influencer dan youtuber.
Hal senada juga diungkapkan oleh Deputi Bidang Koordinasi Ekomomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Menteri Koordinator Ekonomi M Rudy Salahuddin. Rudy mengatakan pemerintah akan menterjemahkan kebijakan strategis pelatihan vokasi sebagai salah satu upaya menjawab problem ketenagakerjaan, menjadi langkah-langkah konkret.
"Tentu dengan melibatkan pelaku usaha, pekerja dan unsur yang lebih luas," kata Rudy. (ega/nwy)