Pelayanan yang diberi nama Java South East Asia Express Services/ Java SEA Express Services atau disingkat JAX Services terasa lebih spesial, sebab kapal-kapal yang digunakan memiliki kapasitas sangat luas sehingga para media menjulukinya kapal raksasa. CMA-CGM Otello sendiri memiliki kapasitas hingga 8.238 TEUs dengan.
Kapal tersebut merupakan kapal milik perusahaan pelayaran asal Perancis, Compagnie Maritime d'Affretement - Compagnie Generali Maritime (CMA-CGM). Khusus untuk pelayaran ini CMA-CGM mengerahkan 17 kapal yang rata-rata memiliki kapasitas di atas 8.000 TEUs.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Pemerintah dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II sebagai operator pelabuhan tentu merasa bangga adanya perusahaan pelayaran cargo kelas dunia yang mau membuka jalur di Indonesia. Namun minat dari para perusahaan logistik di Indonesia terhadap pelayaran tersebut sepertinya masih belum maksimal
Baca juga: Ini Rute Pelayaran Kapal Raksasa yang Bersandar di Tanjung Priok
CMA-CGM Otello yang datang kemarin telah melakukan pembongkaran sebesar 844 TEUs dan memuat 1.967 TEUs. Dengan begitu total bongkar muat dari kapal tersebut mencapai 2.811 TEUs. Padahal kapal tersebut memiliki kapasitas penuh hingga 8.238 TEUs.
Meski begitu upaya Pelindo II untuk membuat Pelabuhan Tanjung Priok naik kelas patut diacungi jempol. Sebab untuk menggaet kapal raksasa lainnya untuk melayani pengiriman peti kemas, BUMN pelabuhan tersebut harus melakukan pengerukan kedalaman dermaga JICT agar bisa disandari oleh kapal-kapal raksasa.
![]() |
Kedalaman yang ada saat ini memang bisa disandari oleh kapal CMA-CGM yang rata-rata memiliki kapasitas hingga 8500 TEUs. Namun hal itu karena tingkat keterisiannya saat ini masih mencapai rata-rata 2300 TEUs. Jika kapal tersebut terisi penuh maka dibutuhkan kedalaman dermaga JICT mencapai minus 15,5 meter.
Untuk melakukan pengerukan tersebut Pelindo II menyiapkan capital dredging sebesar Rp 2,5 triliun. Selain digunakan untuk pengerukan, dana tersebut juga digunakan untuk memperlebar pelabuhan dan terusan sungai.
![]() |
Dengan adanya pelayaran langsung ke AS Budi yakin akan memberikan dampak positif bagi dunia usaha. Dia memperkirakan dengan adanya rute pelayanan peti kemas tersebut maka akan ada penghematan biaya pengiriman barang ke AS hingga 30%. Sebab sebelum adanya kapal milik CMA-CGM itu pengiriman barang dari RI ke AS harus melalui pelabuhan di Singapura.
Baca juga: Kesiapan Tanjung Priok Jelang Diserbu Kapal Raksasa
Tidak hanya itu, dia juga yakin waktu untuk pengiriman petikemas menuju AS akan terpangkas hingga 10 hari. "Berarti tingkat daya saing dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju AS mencapai suatu tingkat competitiveness yang sama dengan negara-negara tetangga," kata Budi di Tanjung Priok, Jakarta akhir pekan lalu.
Budi juga mengingatkan ke Pelindo II agar terus mengejar target yang diberikan Presiden untuk meningkatkan kapasitas pelayanan di Tanjung Priok menjadi 12 juta TEUs di 2019. Sementara saat ini baru mencapai 6 juta TEUs.
Baca juga: Mengenal CMA-CGM, Perusahaan Kapal Raksasa yang Bersandar di Priok
Sedangkan dari sisi CMA-CGM sebagai entitas bisnis tentu merasa tentu merasa puas karena mendapatkan pangsa pasar baru di Indonesia. Perusahaan itu menargetkan bisa menguasai pangsa pasar pelayanan pengiriman peti kemas di Indonesia hingga 20%. Saat ini CMA-CGM Gruop menguasai pangsa pasar di Indonesia mencapai 13%.
CMA CGM Group hadir di Indonesia sejak 1995. Perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan penyumbang terbesar lalu-lintas kontainer internasional ke pelabuhan-pelabuhan dalam naungan Pelindo. Ada 5 rute pelayaran langsung yang sudah dibuka oleh CMA-CGM di Indonesia.
![]() |
Dari catatan pengusaha logistik, ongkos pengiriman barang barus bisa akan turun bila kapal tersebut bisa terisi minimal 50%. Meskipun kapal sudah tak lagi lewat Singapura. Artinya, baik pemerintah maupun BUMN terkait harus berupaya lebih keras.
Sekarang ongkos angkut barang ke AS sekitar US$ 100-200 per kontainer, dan biaya bongkar muat sekitar US$ 90-120 per kontainer.
"Bedanya bisa lebih murah 10-15% dengan langsung (direct call). Tapi bisa menjadi lebih mahal kalau kapal besar ini cuma terisi 25% dari kapasitas sekarang," Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita kepada detikFinance.
(mkj/mkj)