Pengusaha Mengeluh Ekonomi Lesu, Ini Sebabnya

Pengusaha Mengeluh Ekonomi Lesu, Ini Sebabnya

Muhammad Idris - detikFinance
Selasa, 02 Mei 2017 14:31 WIB
Foto: Hasan Al Habshy
Jakarta - Meski pemerintah mengklaim ada perbaikan ekonomi, kalangan pelaku usaha masih mengeluhkan kondisi ekonomi yang lesu. Sektor industri jadi salah satu yang kondisinya dianggap belum membaik.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Agung Pambudi, mengatakan belum pilihnya ekonomi tak lepas dari masih lemahnya ekonomi secara global.

"Pertama, memang industri masih lesu karena perekonomian global masih lemah. Apalagi pasar-pasar (ekspor) tradisional juga masih belum membaik seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa," ungkap Agung kepada detikFinance, Selasa (2/4/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab lainnya, kata dia, yakni masih belum berjalannya sejumlah paket kebijakan ekonomi. Ini terjadi karena belum semua perbaikan dalam deregulasi dan debirokratisasi belum berjalan dengan baik di lapangan.

"Ini kan sudah terjadi beberapa perbaikan, kan banyak di atas kertas, tapi pelaksanaan di lapangan belum berjalan. Contohnya diskon listrik untuk industri, itu belum berjalan," ujar Agung.

Baca juga: Keluhan Pengusaha: Kondisi Lagi Sulit, Sudah Banyak PHK

Dia mencontohkan, paket kebijakan ekonomi III yang mengatur diskon listrik juga belum bisa berjalan, lantaran PLN memberikan syarat untuk program diskon tersebut.

"Yang sudah jalan kan penundaan pembayaran tagihan listrik atau bisa dicicil. Tapi untuk diskon tarif listrik masih belum berjalan optimal. Syaratkan harus ada penambahan kapasitas kalau mau dapat diskon, sementara kebanyakan industri tidak ada dayanya ditambah. Karena memang lagi lesu," ucap Agung.

Diungkapkannya, saat pemerintah mencoba menciptakan kemudahan berbisnis, di sisi lainnya pemerintah malah menambah beban usaha dengan penambahan sejumlah item PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak).

"Ada banyak sekali PNBP baru yang keluar, saya lupa apa saja. Ini kan membebani pelaku usaha. Kemudian ada lagi aturan yang akan terbit soal sertifikasi halal, ini kan malah akan menambah birokrasi lagi, bukannya malah memudahkan," ujar Agung.

Dia melanjutkan, membanjirnya produk impor juga jadi salah satu alasan lesunya industri dalam negeri. Sektor industri manufaktur, salah satu contoh yang paling terpukul karena serbuan barang impor.

"Spiritnya kan industri dalam negeri bisa jadi substitusi barang impor. Ini kan yang seharusnya didukung. Tapi ini di lapangan masih sulit terwujud, belum banyak kebijakan yang mendukung untuk memperketat masuknya barang impor. Manufaktur pasti yang paling besar terpengaruh karena impor, karena memang skalanya yang besar di Indonesia" terangnya. (idr/hns)

Hide Ads