Namun, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal I-2017 tersebut tidak setinggi periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni 4,97%.
"Konsumsi rumah tangga lebih rendah dibanding kuartal I-2016 adalah 4,97%. Karena penjualan ritel 4,2% di kuartal I melambat untuk kelompok makanan, minuman, tembakau dan alat rumah tangga," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Kecuk Suhariyanto, dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (5/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dorongan pendapatan kelas menengah dan bawah mengalami perlambatan, seperti Upah Minimum Provinsi (UMP) tumbuh hanya 9,15% dari tahun sebelumnya yang tumbuh 12,43%. Begitu juga panen raya untuk harga gabah turun, begitu juga upah riil buruh tani terkontraksi 0,53%, nilai tukar petani juga sama terkontraksi 1,60%.
Dari posisi pinjaman konsumsi, untuk kredit konsumsi dari perbankan juga melambat di kuartal I-2017 menjadi 8,75%. Begitu juga dengan pembiayaan multiguna yang terkontraksi negatif 9,07%. Selanjutnya, di sektor posisi tabungan untuk tabungan rumah tangga mengalami penguatan dari 4,27% di kuartal I-2016 menjadi 9,14% di kuartal I-2017.
Untuk konsumsi barang mewah kelas atas juga mengalami perlambatan. Dilihat dari pembelian barang mewah yang terkontraksi 21,39% dari yang sebelumnya berada di level 8,80%. Begitu juga dengan pembelian mobil dengan CC di atas 1.500 cc yang mengalami perlambatan 3,77% dari kuartal I-2016 yang tumbuh 14,76%.
"Dorongan pendapatan kelas menengah dan bawah serta konsumsi barang mewah kelas atas yang terindikasi melambat, menyebabkan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2017 tumbuh melambat dibandingkan triwulan I-2016," tutupnya. (wdl/wdl)