Demikian disampaikan Kepala Divisi Konstruksi LRT Adhi Karya Imannudin Satia saat menerima kunjungan rombongan delegasi Malaysia ke pabrik precast LRT di Sentul, Bogor, hari ini, Jumat (5/5/2017).
Imanuddin mengatakan teknologi u-shape yang diadaptasi dari Perancis memberikan keuntungan yang sangat signifikan, termasuk salah satunya pada kecepatan pembangunan yang mampu dikebut kurang dari empat tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teknologi u-shape girder yang digunakan Adhi Karya, sebelumnya diusulkan pihak konsultan asal Perancis Systra. Teknologi tersebut diakui Imanuddin merupakan yang pertama kali diterapkan di Indonesia.
Imanuddin menjelaskan, teknologi u-shape girder dianggap lebih cocok diterapkan di Indonesia mengingat keterbatasan lokasi pada lintasan LRT. Pasalnya teknologi tersebut mampu menyesuaikan lebar beton penopang lintasan lebih kecil dari seharusnya.
Dimana beton penopang yang seharusnya memiliki ketebalan 1,7 m, dengan teknologi asal Perancis tersebut bisa disederhanakan menjadi hanya sekitar 24 cm.
"Kalau kita gunakan balok u-shape ini yang hanya tebal lantai hanya 24 cm, kalo gunakan balok lebih besar dari 1 m. Bahkan kemungkinan 1,7 meter itu bedanya jauh sekali dari segi volume dan sebagainya," ujarnya.
Kecepatan pembangunan yang dihasilkan menggunakan teknologi u-shape girder yang dimiliki Adhi Karya ini membuat pihak Malaysia tertarik untuk menggunakan teknologi serupa.
Kebetulan, saat ini Pemerintah Malaysia tengah mempersiapkan pembangunan LRT fase 3 di negaranya. (dna/dna)