Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto mengatakan hal ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dolar hingga naiknya harga ikan di tingkat pembudidaya.
"Saya kira itu pertama didorong oleh dolar, kecenderungan naik turun, tapi ada kenaikan sedikit-sedikit. Kedua, hampir semua rata-rata ikan itu harganya naik. Seperti Lele dulu harganya Rp 12 ribu sekarang Rp 15 ribu. Patin harganya di luar Jawa bisa Rp 22 ribu. Nila juga Rp 22 ribu. (Harga ikan di pembudidaya). Udang juga sekarang nilainya tinggi. Yang size 30 saja sudah bisa mencapai Rp 115 ribu-120 ribu per kg. Jadi hampir semua komoditas nilainya naik," katanya kepada detikFinance saat dihubungi di Jakarta, Kamis (11/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira karena permintaan semakin tinggi. Artinya tingkat konsumsi semakin naik. Begitu juga ekspor. Harga udang naik ini menurut saya karena banyak faktor, misalnya karena keterbatasan stok dunia," kata Slamet.
Produktifnya sektor perikanan budidaya memiliki potensi besar untuk menjawab tantangan nasional terkait ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan, pemerataan hingga pertumbuhan ekonomi.
"Untuk menopang ketahanan pangan nasional, kita punya PR bagaimana meningkatkan produksi untuk mencukupi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat. Tahun ini tingkat konsumsi ikan diproyeksikan lebih dari 47,12 kg per kapita/tahun. Dimana sekitar 60 persen suplai akan bergantung pada produksi hasil budidaya," pungkasnya. (hns/hns)











































