Neraca Perdagangan RI April 2017 Surplus US$ 1,24 Miliar

Neraca Perdagangan RI April 2017 Surplus US$ 1,24 Miliar

Hendra Kusuma - detikFinance
Senin, 15 Mei 2017 12:33 WIB
Neraca Perdagangan RI April 2017 Surplus US$ 1,24 Miliar
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Neraca perdagangan Indonesia pada April 2017 tercatat surplus US$ 1,24 miliar. Ekspor mencapai US$ 13,17 miliar lebih besar dari impor yang sebesar US$ 11,93 miliar.

Sementara secara kumulatif (Januari-April) surplus mencapai US$ 5,33 miliar.

"Selama 2017 totalnya US$ 5,33 miliar jauh lebih besar dibanding 2016. Jadi kita berharap bulan ke depan surplusnya lebih bagus lagi, sehingga pengaruhi kinerja ekonomi,' ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (15/5/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekspor

Nominal ekspor 2017 mencapai US$ 13,17 miliar. Dibandingkan bulan sebelumnya ada penurunan 10,30%. Namun dibandingkan periode yang sama di tahun lalu ada kenaikan yang cukup signifikan.

"Yang alami penurunan harga contohnya CPO, karet, sebaliknya Maret ke April ada beberapa non komoditas naik yaitu timah, batu bara, kakao, ini akan pengaruh terhadap besaran ekspor dan impor," paparnya.

Menurut sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari–April 2017 naik 15,60% dibanding periode yang sama tahun 2016, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 25,16% dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 42,19%.

Ekspor nonmigas April 2017 terbesar adalah ke Tiongkok yaitu US$1,57 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,36 miliar dan India US$1,19 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 33,80%. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,36 miliar.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–April 2017 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$9,23 miliar (17,14%), diikuti Jawa Timur US$5,95 miliar (11,04%), dan Kalimantan Timur US$5,70 miliar (10,58%).

Impor

Impor pada April 2017 mencapai US$ 11,93 miliar, turun 10,20% dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan terbesar ada pada kelompok non migas yaitu 29,25%.

"Ada penurunan daging lembu 65% dari Australia, ada beberapa komoditas yang baik sesuai pola konsumsi dan ada juga yang turun seperti daging lembu, cabai kering," jelasnya.

Meski demikian ada juga yang mengalami kenaikan impor, yaitu kurma. Seiring dengan meningkatkan kebutuhan menjelang lebaran.

Secara kumulatif, impor naik 13,51%. Ditopang oleh mesin dan peralatan listrik sebesar US$ 5,36 miliar dan mesin dan peralatan mekanik US$ 6,61 miliar.

Pangsa pasar impor non migas adalah China dengan US$ 2,6 miliar, Jepang dengan US$ 1,2 miliar dan Thailand sebesar US$ 735,6 juta. (mkj/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads