Ruas jalan tol sepanjang 39 km yang dikelola oleh konsorsium PT Jasamarga Manado-Bitung ini dibangun lewat pembiayaan dari APBN, pinjaman Pemerintah China dan juga badan usaha.
Tol Manado-Bitung merupakan bagian dari pembangunan jalur Trans Sulawesi yang bertujuan meratakan pertumbuhan ekonomi di wilayah timur Indonesia. Posisi jalan tol tersebut semakin penting karena menjadi jalur penghubung Manado dengan Bitung yang digadang-gadang menjadi hub internasional yang menjembatani arus barang dari dan menuju wilayah timur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna mengatakan, saat ini progres untuk ruas ini masih fokus kepada pengadaan lahan. Pengadaan lahan yang belum rampung membuat pekerjaan di beberapa segmen sulit dilakukan, khususnya untuk seksi II yang menghubungkan Airmadidi hingga Bitung.
"Seksi II memang tanahnya belum cukup untuk dia bekerja. Harapannya nanti di kilometer 14 sampai 25 itu kita kerjakan lebih awal karena proses tanahnya lebih baik. Segera kalau itu sudah cukup, bisa langsung konstruksi. Yang kilometer 25-39 itu masih kecil sekali tanahnya," katanya kepada detikFinance saat dihubungi, Senin (15/5/2017).
Herry menuturkan seksi I yang dikerjakan oleh pemerintah akan lebih dulu beroperasi karena progres pengadaan lahan yang lebih baik. Berdasarkan data BPJT, pengadaan lahan untuk seksi 1A dari Manado ke SS Ukur saat ini telah mencapai 91,04%, dan seksi 1B dari SS Ukur ke Airmadidi baru mencapai 54,35%. Sedangkan seksi 2 masih didominasi oleh kendala pembebasan lahan.
"Memang ada yang masih belum karena tanahnya belum cukup untuk bekerja. Ada yang belum sepakat, dan ada yang perlu dipercepat. Tapi yang pasti bukan di badan usaha, murni kendala di lapangan," ungkapnya.
Sebagai informasi, pembangunan tol Manado Bitung seksi I sepanjang 13,5 km menjadi porsi pemerintah dan dibiayai oleh APBN senilai Rp 44 miliar. Adapun, lanjutan proyek tol porsi pemerintah berikutnya sepanjang 12,9 km didanai oleh dana pinjaman dari China senilai sekitar US$ 85 juta. Sedangkan sisanya di seksi II dibiayai oleh badan usaha sepanjang 25 km yang nilainya mencapai Rp 2,75 triliun. (dna/dna)











































