Sulitnya Hidupkan Rel KA Rancaekek-Tanjungsari, Banyak Rumah Warga

Sulitnya Hidupkan Rel KA Rancaekek-Tanjungsari, Banyak Rumah Warga

Muhammad Idris - detikFinance
Kamis, 18 Mei 2017 08:03 WIB
Rel Mati Rancaekek (Foto: Dok. KAI)
Jakarta - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat berupaya melakukan reaktivasi jalur kereta api Rancaekek-Tanjungsari (Citali). Jalur yang sudah ada sejak 1921 ini sebelumnya digunakan Belanda untuk pengangkutan hasil bumi di wilayah Bandung Timur.

Namun kemudian di 1942, jalur sepanjang 11,5 kilometer (km) tersebut dimatikan oleh Jepang. Sementara sebagian rel besinya diangkut untuk kepentingan perang.

VP Corporate Communication PT Kereta Api Indonesia (KAI), Agus Komarudin, mengungkapkan kendala terberat dari program reaktivasi Rancaekek-Tanjungsari yakni jalur yang sudah sangat padat dengan perumahan penduduk.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Oleh KAI sudah dilakukan napak tilas di jalur Rancaekek-Tanjungsari sebagai bentuk pra sosialisasi kepada warga. Karena jalur itu sudah begitu banyak rumah penduduk," kata Agus kepada detikFinance, Kamis (18/5/2017).

Menurut Agus, lintasan yang akan diaktifkan kembali ini bisa membantu mengurangi kepadatan lalu lintas, terutama dari Bandung ke arah Jatinangor, Sumedang. Apalagi, daerah tersebut setiap tahun terus mengalami perkembangan pesat.

Sulitnya Hidupkan Rel KA Rancaekek-Tanjungsari, Banyak Rumah WargaFoto: Dok. KAI


Selain itu, di lintasan rel Rancaekek-Tanjungsari, terdapat dua jembatan ikonik yang dibangun Belanda yakni jembatan cincin Cikuda antara ruas Cikeureh dan Cileles. Juga jembatan cincin Cigondoh ada antara Cileles dan Tanjungsari.

"Jembatan cincin di belakang Unpad (Universitas Padjadjaran) sekarang sudah jadi jalan warga," terang Agus.

Sulitnya Hidupkan Rel KA Rancaekek-Tanjungsari, Banyak Rumah WargaFoto: Dok. KAI


Jalur ini, oleh perusahaan kereta api Belanda, Staatspoorwegen (SS), dibangun sebagai akses langsung dari Bandung menuju Pelabuhan Cirebon untuk angkutan kopi, teh, dan komoditas lain dari Bandung. Namun kemudian tak dilanjutkan karena krisis Eropa tahun 1929-1930, sebelum kemudian ditutup oleh Jepang tahun 1941.

Jalur ini masuk dalam rencana reaktivasi rel-rel kereta api yang dilakukan di periode tahun 2017 sampai 2019 di Jawa Barat. Selain itu, jalur lainnya yang diaktivasi yakni Bandung-Ciwidey (idr/wdl)

Hide Ads