Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tingi dari yang diasumsikan ketika penyusunan APBN. Dari 5,1% diproyeksikan menjadi 5,3%.
"Outlook-nya bisa mencapai 5,3% meskipun kita tetap antara 5,1% sampai 5,3%," kata Sri Mulyani usai rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/5/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk mencapai 5,3 kita harus tumbuh lebih tinggi pada kuartal kedua, ketiga dan keempat, yaitu sekitar 5,4%. Ini adalah sesuatu yang, suatu tantangan yang tidak mudah," jelasnya.
Asumsi makro yang mengalami perubahan yaitu harga minyak mentah. Sebelumnya diasumsikan pada level US$ 45 per barel, tapi sekarang realisasinya mencapai US$ 50 per barel. Ini akan memberikan dampak positif terhadap penerimaan negara.
"Kemudian perubahan yang cukup besar yang mengubah dari sisi pendapatan negara adalah dari sisi harga minyak yang rata-ratanya saat ini sudah mencapai US$ 50 per barel," terang Sri Mulyani.
Sementara itu, untuk inflasi serta SPN 3 bulan dan produksi minyak dan gas bumi (migas) masih sesuai dengan yang sebelumnya. Berikut rincian asumsi makro ekonomi sebelumnya:
Pertumbuhan ekonomi 5,1%
Inflasi 4%
Nilai tukar Rp 13.300/US$
Tingkat SPN 3 Bulan 5,3%
Harga Minyak Mentah US$ 45 per barel
Lifting minyak bumi 815 ribu barel/hari
Lifting gas bumi 1,15 juta barel/hari (mkj/dna)











































