Seorang pedagang sajadah bernama Iwan menuturkan, di Tanah Abang ada sajadah lokal dan impor.
"Sajadah impor di sini banyaknya dari Turki. Ada juga dari India," ungkap Iwan kepada detikFinance, Jumat (02/06/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Menurut Iwan, sajadah impor memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya, bulu yang lebih halus dan lebih tebal. Dari kualitas jahitan pun, diakui iwan sangat berbeda karena lebih rapih.
"Beda dong, bulunya, tebalnya, beda. Yang impor lebih tebal. Bulunya lebih halus," ujarnya.
Sementara itu, dari segi corak Iwan mengaku, corak sajadah impor lebih kalem dan tidak mencolok. Sementara sajadah buatan lokal biasanya terpaku dengan gambar masjid dan sejenisnya.
"Corak juga beda. Kalau lokal lebih ke gambar-gambar Masjid. Kalau yang impor corak-coraknya enggak terlalu menonjol," terangnya.
![]() |
Sajadah lokal dibanderol antara Rp 35.000-Rp 100.000 per potong. Sementara sajadah impor dijual dengan harga Rp 80.000- Rp 230.000 per potong.
"Sajadah lokal kira-kira dari Rp 35.000- Rp 100 ribuan lah. Rp 100 ribu yang pakai busa. Sajadah impor dari Rp 80.000 paling mahal itu Rp 230.000," jelasnya. (hns/hns)