Indahnya Jalur KA Peninggalan Jepang, Relnya di Pinggir Pantai

Jakarta - Pernahkah sesekali membayangkan naik kereta api dan mata takjub melihat keindahan pantai dari balik jendela dalam suatu perjalanan? Kereta api dengan lintasan rel yang berada di persis di sepanjang garis pantai rupanya benar-benar ada di Indonesia. Tepatnya berada di jalur Saketi menuju Bayah, Kabupaten Lebak, Banten.

Jalur kereta api tersebut merupakan lintasan yang dibangun oleh pemerintahan militer Jepang saat Perang Dunia II. Dibangun antara tahun 1943-1944 dengan menggunakan tenaga pekerja romusha. Sementara perancangnya ahli perkeretaapian Belanda yang menjadi tawanan perang Jepang.

Rel kereta api tersebut mulai dibangun dari Stasiun Saketi di Pandeglang sepanjang 89 km, bercabang terus ke Selatan hingga ke daerah Pesisir Selatan Banten dimulai Malingping, Cilangkahan, Sukahujan, Cihara, dan berujung di Stasiun Bayah yang berada tepat di pinggir pantai.

Jalur tersebut dibangun jepang persis di sisi Utara dari pantai sehingga membuat penumpang kereta saat itu, bisa menyapu jauh laut dari balik jendela.

Foto: Dok. PT KAI

Namun demikian, lantaran jalurnya ditutup pada tahun 1951, kondisi jalur kereta api Bayah-Saketi ini cukup memprihatinkan. Stasiun maupun jalur tempat bantalan rel sudah beralih fungsi menjadi lahan sawah, pemukiman, warung, pasar, hingga jalan raya.

Wilayah Banten selatan yang kala itu masih berpenduduk sangat jarang dan tidak ada perkebunan besar, sampai akhir pemerintahan kolonial, belum ada rencana dari swasta maupun pemerintah untuk membangun jalur kereta api.

VP Corporate Communication PT Kereta Api Indonesia (KAI), Agus Komarudin, mengatakan penumpang kereta api ruas tersebut kebanyakan adalah pekerja tambang batu bara yang dikelola pemerintah militer Jepang.

"Banten di Selatan saat itu pendudunya masih sangat jarang, selain itu juga tidak ada perkebunan besar. Sampai akhir kolonial Belanda, belum ada rencana membangun jalur kereta api di sana. Jepang membangun rel kereta api karena ada laporan di Bayah ada kandungan batubara," jelas Agus kepada detikFinance, Rabu (7/6/2017).

Foto: Pool/KAI

Di sepanjang jalur tersebut, terdapat 20 jembatan kereta api, saat ini beberapa jembatan masih dipakai warga untuk penyebrangan, sebagian lagi hanya tersisa fondasinya saja.

Saat itu, operasi kereta api Saketi-Bayah mengandalkan lokomotif dari perusahaan kereta api Belanda, Staatsspoorwegen (SS), yakni lokomotif uap BB10. Sempat beroperasi beberapa tahun, jalur ini kemudian ditutup resmi pada tahun 1951 karena dianggap kurang ekonomis saat itu.

Foto: Dok. PT KAI

(idr/ang)