Menurut Hariyadi, tingkat okupansi hotel saat ini 50-55%, dan ini tergolong rendah. Penyebabnya, selain karena tren masyarakat yang cenderung berhemat, kelebihan suplai kamar juga ikut berimbas pada rendahnya tingkat hunian hotel.
"Okupansi itu sekarang kalau nasional kita perkirakan antara sekitar 50-55% lah skala nasional. Itu kurang. Yang bagus di atas 60% lah. Tadi kan karena suplainya nambah, kamarnya nambah, tapi pasarnya berkurang," ujar Hariyadi, di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (12/6/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akibat lesunya bisnis perhotelan ini, sambung dia, banyak pengusaha menunda ekspansi hotel baru.
"Boleh dibilang kecil sekali. Semua orang sekarang ngerem semua. Paling yang ada menyelesaikan pembangunan. Kalau mulai bikin hotel baru, ada, tapi enggak signifikan," terang Ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) itu.
Pertumbuhan hotel baru sendiri, menurutnya, mulai melambat sejak tahun lalu. Di tahun-tahun sebelumnya, pertumbuhan industri perhotelan bahkan mencapai 10% per tahun.
"Naiknya yang paling banyak di sekitar 2012-2015. Itu naiknya bisa rata-rata 10%. Tapi setalah 2016 mulai stagnan. Pembangunan hotel relatif enggak begitu banyak lagi," pungkas Hariyadi. (idr/hns)