Hal ini didasari oleh keberhasilan pemerintah menurunkan indikator-indikator fundamental pertumbuhan ekonomi, seperti pengangguran, kemiskinan, inflasi, dan rasio gini yang mencerminkan tingkat ketimpangan ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi kita dalam dua tahun terakhir berhasil dibalikkan arahnya dari yang tadinya mulai menurun, mulai dibelokkan menjadi meningkat, walaupun tidak besar," katanya saat menghadiri rapat kerja di ruang Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Rabu (14/6/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darmin menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2014 sebesar 5,01% sempat turun ke angka 4,88% di 2015. Pertumbuhan ekonomi kembali berhasil naik ke angka 5,02% di 2016, yang diikuti oleh turunnya sejumlah indikator makro ekonomi yang disebutkan di atas.
Untuk periode Maret 2016, rasio gini Indonesia berada di level 0,397. Catatan ini membaik bila dibandingkan capaian rasio gini pada Maret 2015 sebesar 0,408.
Parameter lain yang menunjukkan kualitas ekonomi Indonesia membaik dan berkualitas, penurunan garis kemiskinan dan berkurangnya jumlah pengangguran.
Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan garis kemiskinan Indonesia turun menjadi 10,86% di Maret 2016, dari sebelumnya 11,22% di Maret 2015. Sementara untuk jumlah pengangguran, per Oktober 2016, BPS mencatat pengurangan jumlah pengangguran sebanyak 530 ribu orang.
"Walaupun tidak banyak karena itu tidak mudah, tapi dia turun. Pengangguran, kemiskinan, inflasi, gini ratio kita turun. Alhamdulillah kita bisa tumbuh dengan baik di tengah kondisi perekonomian dunia yang buruk," tukasnya. (wdl/wdl)











































