"Kita akan coba (limbah plastik) sebagai bahan campuran aspal untuk pembangunan jalan. Balitbang PU sudah melakukan penelitian dan percobaan, dan itu bisa untuk dijadikan salah satu komponen dari campuran aspal," katanya saat ditemui usai melakukan rapat di Kantor Menko Maritim, Jakarta, Jumat (7/7/2017).
Uji coba penerapan teknologi pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan pembuat campuran jalan raya ini kata dia akan dilakukan di daerah Bekasi. Meski belum bisa merinci lokasi persisnya di mana, Basuki mengatakan, ujicoba ini akan diterapkan pada tahun ini dan tidak menutup kemungkinan untuk terus diterapkan pada pembangunan jalan di daerah lainnya, termasuk pembangunan jalan tol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Basuki menuturkan, penerapan teknologi pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan pembuat campuran jalan raya mengacu pada best practice yang sudah di dilakukan di Inggris dan India. Dengan campuran plastik sebesar 6-10% pada aspal, biaya pembangunanan jalan pun akan lebih murah dibandingkan yang biasa.
Di negara-negara yang sudah melakukan hal ini, cara ini juga ampuh mengurangi efek perubahan iklim, salju tebal, bahkan mengurangi polusi suara. Bahan plastik ini pun mampu bertahan dalam cuaca panas hingga 66 derajat Celsius, yang membuat beberapa negara di Timur Tengah juga kini menggunakannya.
Seperti diketahui, jumlah sampah plastik yang ada di Indonesia tergolong yang paling besar di dunia. Indonesia bahkan masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke Laut setelah China.
Sampah plastik ini juga sebagian besar berada di laut, yang pada akhirnya membahayakan ekosistem laut yang juga turut dapat membahayakan manusia.
Menko Maritim Luhut Binsar Panjaitan pernah mengungkapkan, sampah plastik ini bisa dimanfaatkan dan diolah untuk hal lain yang bermanfaat untuk masyarakat, salah satunua untuk bahan baku jalan. (dna/dna)