Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pemicu utama masih dari konsumsi rumah tangga, karena memegang peranan sampai 58%. Selanjutnya investasi dengan peranan 20%.
"Jadi kalo 2 mesin ini berjalan baik bisa dorong pertumbuhan ekonomi," ujar Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (11/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Belanja pemerintah tetap memberikan peran penting dalam perekonomian, meskipun ada penghematan Rp 16 triliun. Sri Mulyani memastikan belanja infrastruktur pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pertanian tetap tidak dikurangi.
"APBN P ini menggambarkan keinginan untuk akselerasi belanja pemerintah untuk hal-hal prioritas dan produktif. Seperti dalam APBN P ini akan menampung penambahan anggaran pengadaan tanah, kita juga menampung dana persiapan Asian Games, itu semua adalah investasi dalam bentuk belanja modal yang diharapkan juga bisa menambah kegiatan ekonomi masyarakat," terangnya.
Risiko memang terlihat pada defisit anggaran, yang diproyeksikan melebar sampai 2,9% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Artinya ada penambahan utang melalui penerbitan surat utang. Sri Mulyani memastikan defisit tidak akan lebih dari 3% terhadap PDB.
"Dengan demikian adanya batasan 3% itu akan memaksa pemerintah bersama dengan pemda dan dengan DPR, DPD menjaga suatu disiplin fiskal," tandasnya. (mkj/dna)











































