Modifikasi rasa itu bisa dijumpai pada merek-merek martabak kekinian yang tengah menjamur seperti salah satunya adalah Markobar. Bisnis martabak yang dikembangkan putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, bersama rekannya Arif Setyo Budi.
Dengan beragam rasa unik yang ditawarkan, harga yang dibanderol bisa dikatakan lebih mahal. Berkisar Rp 40-100 ribu per loyang. Harga yang lebih mahal ketimbang martabak konvensional yang umumnya dijumpai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Arif Setyo mengatakan, salah satu alasannya adalah rasa yang ditawarkan. Rasa yang unik dan tak banyak dijumpai, membuat masyarakat rela menyisihkan uang lebih banyak. Selain rasa, warna dan tampilan juga turut mempengaruhi.
"Ada yang rotinya dikasih warna warni, hitam, merah atau toppingnya juga yang dimodifikasi. Ada yang mulai modifikasi tampilan usaha dengan pakai kontainer, macam-macam," terang Arif kepada detikFinance, Jumat (14/7/2017).
Diakuinya, dengan modifikasi ini, Markobar masih menjadi pemain utama karena tergolong yang pertama memperkenalkan martabak modifikasi ini.
Meski demikian, inovasi tetap diperlukan untuk menghadirkan produk-produk baru. Ini diperlukan karena makin banyak pelaku usaha yang menawarkan martabak yang mengikuti dengan varian rasa dan tampilan yang hampir mirip.
"Saat ini kita bisa dianggap market leader karena kita yang pertama modifikasi (martabak) itu seperti pizza. Tapi ketika yang lain ikut, kita mesti lari lah. Kita harus modifikasi lagi agar tidak ketinggalan," sebut dia.
Inovasi tidak hanya terpaku pada rasa namun juga pada tampilan, baik tampilan produk maupun tampilan tempat usaha yang semakin mampu menarik perhatian konsumen.
"Kalau saya pikir nantinya modifikasinya akan semakin banyak. Modifikasi untuk mengejar lidah (rasa), dan mata (tampilan)," tandasnya. (dna/wdl)