Menanggapi hal itu Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia, Tutum Rahanta, mengatakan ada banyak faktor yang mengakibatkan pedagang menutup kiosnya, tergantung kapan si pemilik toko mulai menutup kios tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena memang situasi terakhir ini kesannya daya beli menurun itu pertama. Hal yang lain, kemarin setelah diumumkannya Sri Mulyani kumpul dengan petinggi-petinggi untuk membereskan produk-produk importasi (berisiko tinggi), saya kira daerah-daerah (Glodok) itu kan paling peka terkait dengan barang-barang yang seperti itu. Bisa jadi," kata Tutum kepada detikFinance, Jakarta, Jumat (14/7/2017).
"Saya enggak tahu pasti karena enggak melihat (kondisi) beberapa hari sebelumnya. Kalau seminggu sebelumnya mereka buka, saya kira faktornya lebih ke sana (pengawasan impor). Tapi kalau seminggu sebelumnya mereka sudah tutup, berarti saya kira ekonomi sedang turun dan mereka libur sekalian," sambung dia.
Walau tak dapat melihat aktivitas perdagangan di kawasan Glodok, namun Tutum mengatakan, kondisi bisnis secara keseluruhan memang tengah mengalami penurunan. Selain itu, tambah Tutum, maraknya situs penjualan online atau e-commerce juga bisa ikut mempengaruhi kondisi ritel konvensional.
Sebelumnya Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) juga mencatat penjualan ritel secara keseluruhan turun sebesar 10% dibanding tahun lalu.
"Ya pasti karena daya beli turun. Tapi ada juga mungkin pengaruh dari sistem penjualan online. Tapi kita belum tahu secara pasti juga," kata Tutum. (wdl/wdl)