Enggar, sapaan akrabnya, menuturkan penyebab utama semakin sedikitnya pencari barang elektronik di sana karena penjualan di sana terbilang monoton alias hanya fokus di elektronik. Sehingga mau tak mau pasarnya tergerus oleh pusat belanja lainnya yang lebih mentereng.
"Makanya poinnya saya sampaikan pusat belanja harus inovatif, kalau dia statis dengan adanya kompetisi. Dia (pembeli) akan pindah ke tempat yang lebih baik. Nah itu dilihat dari volumenya, kalau satu tempat ini volume penjualan meningkat, maka orang pasti akan lari ke situ," ujar Enggar ditemui di kantornya, Senin (17/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu punya (mal) Jogjatronik semula jualan turun, susah sekali. Begitu di sini (Jogjatronik) saya bisa bikin crowd (ramai) itu pada pindah ke sini. Nah itu player (pedagang) dia-dia juga, begitu dia bilang ramai sana pada ke sana, karena penjualannya meningkat," kenang Enggar.
Saat itu, salah satu cara Enggar menggenjot pengunjung pusat belanja yang berada di daerah Gondomanan tersebut yakni dengan menggiatkan event-event yang bisa menarik, sampai dengan wisata kulinernya guna perhatian pengunjung.
"Nah bagaimana saya bisa meningkatkan itu? Saya bikin event, (harga) sewa lebih attractive, tenant mix diatur, orang mau attract datang ke sana dengan makanan enak, tempat enak untuk hang out (bersantai). Anda (pedagang) pindah saya kasih gratis dulu (sewanya)," tandas Enggar. (idr/wdl)











































